Rabu 03 Jun 2015 23:10 WIB

Belajar dari Anak kecil

Rep: c30/ Red: Damanhuri Zuhri
Seorang anak kecil di Jalur Gaza, Palestina.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Seorang anak kecil di Jalur Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Ayat-ayat Adinda untuk menyambut bulan suci Ramadhan ini akan diluncurkan 11 Juni 2015 di bioskop-bioskop Indonesia. Film ini bercerita tentang sebuah keluarga yang harus hidup berpindah-pindah karena faham islam yang berbeda dengan lingkungannya.

Adinda merupakan pemain utama. Sosok anak kecil yang mendapat anugrah dari Allah memiliki suara indah dan emas. Akan tetapi karena aliran Islam yang berbeda sehingga Faisal atau Ayahnya Adinda menutupi betul bakat yang dimiliki anaknya. Padahal, Adinda sangat ingin mengikuti lomba Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ).

Lingkungan sekitar menganggap keluarga Adinda adalah sebagai keluarga yang berbeda. Namun Adinda berharap ketakutan yang sangat kuat yang dirasakan oleh ayahnya, itu hanyalah yang akan memenjarakannya.

Justru Adinda berkata dengan polosnya, kenapa dan apa yang ditakuti, justru menurut Adinda, merekalah yang harus menghargai perbedaan itu. 

“Film ini memiliki pesan moral yang bagus, bagimana menghargai sebuah perbedaan di lingkungan masyarakat, tidaklah perlu menganggap apa yang paham selama ini diyakini menjadi yang paling benar sehingga mampu mengkafirkan paham lain, tentu itu yang tidak baik,” ujar Surya Saputra pemain dalam film Ayat-Ayat Adinda yang berperan sebagai Faisal atau Ayah Adinda Rabu (3/6)

Selain bercerita tentang perbedaan yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, film ini juga bercerita tentang  kehidupan sebuah keluarga, bagaimana sebuah keluarga dapat bersatu dengan kuatan cinta sehingga mampu untuk menghadapi segala permasalahan yang menimpanya.

“Film ini sangat dekat dengan kehidupan keluarga maupun bermasyarakat, semoga saja film ini kemudian tidak melahirkan kontrofersi di kalangan penikmat film,” ujar Hikmat Darmawan pakar film

Belajar dari pengalaman kata Hikmat ketika sebelumnya ada film “Hijjab” yang juga sangat dekat dengan kehidupan masyarakat khususnya wanita, namun kemudian masyarakat terlalu sibuk merisaukan dan memboikot film tersebut.

“Film ini dekat sekali dengan kenyataan, semoga film ini menjadi film yang mampu menjadi semagat tentang Islam dan cinta dalam keluarga. Menjadi semangat yang kuat, sehingga kemudian bisa melihat islam di film ini yang menghadirkan perbedaan namun mampu menghargai perbedaan itu,” ujar Hikmat

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement