Kamis 28 May 2015 15:43 WIB

Pajak Perfilman Indonesia Masih Tergolong Tinggi

Ratna Sarumpaet
Foto: Antara/Teresia May
Ratna Sarumpaet

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pajak perfilman Indonesia mencapai 10 persen, oleh sebab itu bioskop lebih senang menjual film asing. Walaupun jumlah penontonnya sama, tapi biaya mengimpor film asing lebih murah dibandingkan Indonesia.

"Karena film yang aneh-aneh itu sebagian muncul dari ketidakadaan dana," ujar Budayawan Ratna Sarumpet, Rabu (27/5).

Asalkan Indonesia bisa mendapatkan subsidi pajak perfilman Indonesia 5 persen saja, itu sudah baik. Namun kenyataannya pajak film di Indonesia sendiri mencapai 10 persen.

Memang dibandingkan dengan Hollywood, perfilman Indonesia masih jauh dalam beberapa segi. Ratna hanya mengatakan, karena mungkin Indonesia masih baru. "Dimaklumi dulu, karena seperti ini sudah lumayan," ujarnya.

Selain itu Ratna mengatakan, gerakan budaya dengan cara membuat film sebanyak-banyaknya tentang Indonesia harus dilakukan, dari Aceh sampai Papua.  Indonesia tidak akan kekurangan cerita dari segi sosial ataupun kebudayaan.

Jati diri bangsa Indonesia juga harus selalu dimasukan ke dalam perfilman Indonesia. Nantinya hal ini juga akan berdampak kepada pemerintah, yang mempunyai wibawa untuk melarang film yang tidak layak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement