REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Setelah sukses menampilkan acara Wayang orang yang bertajuk Wayang Rock Ekalaya, Ari Dagink sedang mempersiapkan pagelaran wayang kulit untuk memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
Penyiar radio ini mengaku hanya menjadi pengarah gaya dan pemberi konsep untuk acara wayang kulit tersebut. Menurutnya, cerita wayang itu bersifat fleksibel, sehingga ada istilah sanggit dalam dunia perdalangan. Sanggit tersebut merupakan cara masak yang berbeda-beda dari tiap dalangnya. Sehingga cerita wayang memiliki interpretasi yang berbeda-beda tiap orang.
"Klisenya mungkin ingin melestarikan budaya sendiri, tapi sebenarnya saya dari kecil tumbuh besar bersama wayang," ujarnya saat ditemui ROL Senin, (4/5).
Ia ingin memperkenalkan bahwa cerita wayang tidak sekaku apa yang kebanyakan orang pikirkan. Cerita wayang bisa dinikmati oleh seluruh kalangan masyrakat, baik muda ataupun tua. Hal tersebut berkaca dari pagelaran Wayang Rock Ekalaya yang ditonton oleh segala kalangan.
"Kenapa bisa buat orang tua? Karena dari dulu yang dilihat bentuk kemasannya yang kaya gitu, coba dikemas dengan cara berbeda kata wayang rock dengan lagu-lagu rocknya," ujar pemain film Garasi (2006) ini.
Ari ingin membuat sebuah pertunjukan wayang yang tidak hanya dinikmati oleh kalang yang sudah berumur, namun juga bisa menjadi hiburan bagi kalangan muda.