REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pelemahan mata uang Eropa, euro, membuat turis memborong barang-barang bermerek keluaran rumah mode Prancis. Pelemehan membuat harga barang mewah relatif jadi lebih murah bagi turis Cina salah satunya.
Tercatat pengeluaran belanja mereka meningkat drastis 122 persen pada Maret, setelah naik 52 persen pada Februari tahun ini. Membawa peningkatan global pada kuartal pertama sebesar 67 persen.
Banyak wisatawan Cina meninggalkan pasar Hongkong dalam memburu barang mewah pada akhir tahun ini, menyusul protes pro-demokrasi tahun lalu. Pergerakan nilai tukar telah menyebabkan perbedaan harga regional yang signifikan, dengan barang mewah yang sama terkadang lebih murah 50 persen di Eropa daripada di kota-kota besar di Cina.
Hal tersebut kemudian mendorong masyarakat Asia berbondong-bondong memburu barang mewah di Eropa dan menjualnya kembali di negara mereka. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan. Broker JP Morgan Cazenove, konsultan barang mewah, memperkirakan sekitar 20 sampai 40 persen dari penjualan di daratan Cina adalah perdagangan paralel.
Pekan lalu, dikutip dari Reuters, Senin (27/4), Burberry mengatakan akan menyelaraskan kembali harga untuk mencocokkan saingan setelah merk seperti Chanel dan Patek Philippe memotong harga di Asia dengan lebih dari 20 persen untuk mengurangi perbedaan dengan Eropa. Hal yang sama juga akan dilakukan oleh Gucci.
Global Blue mengatakan secara keseluruhan, di seluruh dunia belanja wisatawan global mencapai level tertinggi sejak bulan Maret 2011, meskipun belanja Rusia jatuh 39 persen, terhadap penurunan 51 persen pada Januari.
Jam dan perhiasan berperforma terbaik dengan penjualan naik 67 persen pada Maret terhadap 32 persen bulan sebelumnya, kata Broker. Penjualan barang-barang kulit naik 50 persen, dari 24 persen pada Februari.