REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Guru Bangsa Tjokroaminoto menggambarkan perjuangan seorang pahlawan nasional, yang ingin menjadikan negaranya sebagai negara yang bermartabat. Film ini menampilkan berbagai macam sejarah dan politik yang terjadi di Indonesia, yang ketika itu masih bernama Hindia Belanda.
Film Guru bangsa Tjokroaminoto merupakan film bergenre drama-biopic yang disutradarai oleh Garin Nugroho. Film ini ditulis oleh tiga penulis sekaligus yaitu, Ari Syarif, Sabrang Mowo Damar Panuluh, dan Erik Suprit.
Menurut Erik Suprit, film sejarah bangsa Indonesia ini mengandung politik etis. Film itu menggambarkan orang-orang terdidik yang mencari identitas untuk bergerak dalam memajukan mencerdaskan, dan menjadikan rakyat Indonesia sebagai rakyat yang bermartabat.
"Politik etis dihadirkan di film ini untuk menunjukkan penyatuan berbagai macam ideologi dari para tokoh terdidik dalam satu rumah," ujar Erik di Jakarta, belum lama ini.
Dia menambahkan penggambaran tokoh-tokoh terdidik seperti Soekarno, Semaoen, Alimin, dan Moesso ini digambarkan dalam penyatuan ideologi mereka di rumah Tjokro. Rumah itu dikenal sebagai Rumah Peneleh, tempat mereka semua berdiskusi untuk mencari titik temu terhadap ideologi-ideologi yang mereka miliki.
"Mereka mendiskusikan ideolgi-ideologinya di Rumah Peneleh untuk mencari titik temu, dan mau mengambil nilai yang mana dari ideologi yang mereka miliki," jelas dia.
Dari ideologi-ideologi tersebut, Tjokro mengambil peran mengasuh mereka. Hal itu dilakukannya untuk mengajarkan mereka anti penindasan, karena mereka mempelajari ideologi.