Senin 30 Mar 2015 06:25 WIB

Film Indonesia dan Dilema Bioskop

Wacana pembatasan film impor ditentang pengusaha bioskop, alasannya film Indonesia belum seluruhnya diproduksi dengan kualitas baik.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wacana pembatasan film impor ditentang pengusaha bioskop, alasannya film Indonesia belum seluruhnya diproduksi dengan kualitas baik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bioskop kerap dianggap menganaktirikan film Indonesia karena lama penayangan film lokal sering kalah saing ketimbang film impor. Film Hollywood bisa saja bertahan hingga beberapa pekan, sementara ada film Indonesia yang hanya tayang selama beberapa hari akibat minimnya penonton.

"Menurunkan film Indonesia ini dilema," kata Catherine Keng dari jaringan bioskop 21 dalam diskusi "Peluang dan Jalur Distribusi Film Indonesia" di Film and Art Celebration 2015 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Ahad (29/3).

Dia mengatakan bahwa pihaknya berupaya untuk berpihak kepada karya anak bangsa. Ketika sebuah film Indonesia tidak banyak diminati penonton, film itu tidak serta merta diturunkan dari semua layar bioskop. "Kalau masih ada penonton, lokasi dikurangi pada hari ke-4 dan ke-5, jumlah penayangannya juga dikurangi," jelas dia.

Kebijakan tersebut dilakukan sebagai jalan tengah di antara desakan bisnis dan keinginan untuk mendukung film Indonesia di negeri sendiri. Jika prioritasnya adalah bisnis, Catherine mengatakan film Indonesia akan "gugur semua" ketika penontonnya sedikit.

Lantas, mengapa peminat film Indonesia tidak sebanyak film asing, seperti Hollywood? Menurut Catherine, salah satu penyebabnya adalah anggapan bahwa film Indonesia kurang bermutu. Ketika film-film Indonesia yang ditayangkan tidak berkualitas,  penonton kapok kembali ke bioskop.

Selama ini, bioskop tidak punya keleluasaan untuk memilih-milih film mana yang boleh ditayangkan. Selama persyaratan terpenuhi, misalnya soal administrasi, film apa pun dapat ditampilkan.  "Kami kewalahan menghadapi dan melayani permintaan karena dengan teknologi canggih, siapa pun bisa bikin film," ungkap dia.

Dia menegaskan belum ada pihak berwenang yang memutuskan mana film yang pantas masuk bioskop. Selama ini, tahap penyaringan film hanya dikerjakan Lembaga Sensor Film.  "LSF hanya sensor konten dari moral dan umur, tapi tak ada tim kurasi yang bantu menyeleksi estetika film," imbuh dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement