Kamis 26 Mar 2015 17:32 WIB

'1.000 Wajah Bandung' Tandai Hari Film Nasional

Hari Film Nasional
Foto: duniaperpustakaan.com
Hari Film Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pergelaran '1.000 Wajah Bandung' akan menandai sekaligus memperdalam makna lebih dalam peringatan Hari Film Nasional yang akan digelar Ahad (29/3) mendatang.

"Ajang 1.000 Wajah Bandung untuk mempertemukan potensi dari beragam elemen ke dalam satu wadah yang tujuannya untuk mendorong Bandung sebagai Kota Sinema," kata Pimpinan Bandung Film Council Sofyana Ali Bindiar di Bandung, Kamis (26/3).

Ia menyebutkan, melalui semangat itu diharapkan menjadi kota yang produktif menghadirkan film-film berkualitas dan berkontribusi dalam tumbuh kembangnya industri perfilman.

Kegiatan yang juga edukasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda Kota Kembang itu akan digelar di Taman Film yang berlokasi di kawasan Jalan Tamansari Kota Bandung.

"1.000 Wajah Bandung juga merupakan representasi dari potensi-potensi yang dimiliki oleh Kota Bandung, baik potensi fisik maupun potensi nonfisik," katanya.

Selain itu merepresentasikan potensi dari keberagaman elemen-elemen pendukung film seperti musik, seni, desain, talenta serta hal lainnya yang dimiliki oleh Bandung.

Kegiatan itu akan menyajikan rangkaian pameran poster film dari masa ke masa, soutrack Hidupmu, film Indoneia pada masanya, pemutaran film-film Bandung, kabaret film, simulasi syuting, bincang film, support film Bandung, bioskop harewos dan puncaknya 1.000 wajah Bandung yang merupakan film selfie warga Bandung.

"Khusus Harewos Film, akan mengundang 50 tuna netra untuk menonton film di Taman Film yang didampingi oleh pendamping yang akan menyampaikan jalanya cerita film yang tengah diputar," kata Sofyana.

Sejarah mencatat Bandung memiliki kontribusi terhadap perkembangan Film Nasional antara lain film panjang pertama yang diproduksi di Indonesia adalah Loetoeng Kasaroeng (1926). Film ini diproduksi oleh pengusaha Belanda yang berdomisili di Bandung.

Gedung Majestic yang dulu merupakan bioskop terkemuka di Tanah Air yang dibangun sejak masa kolonial Belanda, adalah saksi bisu penayangan film tersebut. Gedung inipun masih dapat ditemui di Jalan Braga Bandung hingga saat ini.

Sementara itu Chief Operational Officer dari Sembilan Matahari Sony Budi Sasono menyebutkan kegiatan ini merupakan agenda untuk menghidupkan gairah produksi perfilman di tanah air.

"Kegiatan ini diharapkan memberikan gairah untuk perfilman, mendalami dan juga mengenal potensi film di daerah, terutama di Kota Bandung," kata Soni.

Hari Film Nasional merupakan momen yang mana pada 30 Maret 1950 merupakan hari pertama Usmar Ismail syuting film 'Darah dan Doa' yang berlokasi di kota Bandung.

Film ini bercerita tentang kondisi tentara divisi Siliwangi setelah perang berakhir. Film itu adalah film pertama yang dibuat oleh orang Indonesia seluruhnya secara mandiri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement