Ahad 22 Mar 2015 14:22 WIB

Hari Air Dunia, Begini Cara Slank Selamatkan Air

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Hazliansyah
 Grup musik rock legendaris Slank menghibur ribuan penggemarnya dalam konser 30 tahun Slank di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (13/12). (Republika/Agung Supriyanto)
Grup musik rock legendaris Slank menghibur ribuan penggemarnya dalam konser 30 tahun Slank di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (13/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Grup band Slank ikut menjadi bagian dari kampanye Hari Air Dunia yang diselenggarakan oleh PT. Energy Management Indonesia (Persero), BUMN yang bergerak di bidang konservasi energi dan air. Pagi tadi, dalam acara Car Free Day di kawasan Sudirman-Thamrin, Slank mengajak pengunjung untuk menghemat air di sela-sela konser mininya, Ahad (22/3).

Vokalis Slank, Kaka mengatakan, banyak hal kecil yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan air bersih yang jumlahnya terus berkurang dari hari ke hari. Dia sendiri mengaku telah lama menggunakan pasta gigi yang tak perlu menggunakan air sebelum pemakaiannya. Selain itu, Kaka juga mengatakan bahwa ia selalu berusaha tidak menghambur-hamburkan air pada saat mandi.

"Ya pokoknya pakai air harus bijaksana. Kalau sikat gigi, keran airnya dimatikan," ucap dia saat menjadi pembicara dalam talkshow Hari Air Dunia di Hotel All Season Thamrin, Ahad (22/3).

Ditemui dalam acara yang sama, Ridho Slank mengatakan bahwa ia telah memulai gerakan peduli air dengan menampung air hujan di rumah. Air tersebut dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan kloset.  

"Saat ini //gue// lagi nyoba teknologi yang bisa mengurangi kadar asam dari air hujan," ungkap Ridho.

Slank sendiri telah lama mengkampanyekan perilaku peduli air, salah satunya lewat lagu 'Krisis Air' yang dirilis pada 2010. Menurut drummer Slank, Bimbim, lagu yang mengajak Slankers untuk peduli pada lingkungan tersebut terinspriasi oleh kisah sebuah desa di Afrika dimana warganya harus berjalan kaki sejauh delapan kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih.

Seperti diketahui, air merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2013, tak kurang dari 32 persen masyarakat Indonesia hidup di daerah resapan air. 

Sebanyak 13 persen masyarakat termasuk kategori pengguna (sering dan terkadang) air bekas pakai. Yang mengejutkan, di tahun yang sama BPS menemukan bahwa 14,84 persen penduduk Indonesia hidup tanpa memiliki fasilitas pembuangan air besar di tempat tinggal mereka. Hal ini menjadikan mereka rentan terhadap penyakit. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement