Selasa 10 Mar 2015 13:46 WIB

Kebangkitan Industri Film Bisa Dimulai dari Desa

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari
Warga menonton film berjudul
Foto: Antara/Noveradika
Warga menonton film berjudul "Return to Sender" karya sineas muda Indonesia, Vera Lestafa pada pemutaran film dengan konsep Open Air Cinema (layar tancap) di Gedung Serbaguna Kampung Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Rabu (3/12) malam.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- ‪Bisnis perfilman yang akhir-akhir ini terlihat semakin lesu diharapkan mampu bangkit kembali dengan memanfaatkan momentum bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada 2020-2030 mendatang.

"Bonus demografi terjadi mayoritas di desa-desa sehingga warga desa akan semakin didominasi penduduk produktif di masa yang akan datang," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar, Selasa (10/3).

 Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi di tahun 2020-2030. Penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak.

Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta. sementara non-produktif hanya 60 juta.

Kondisi tersebut, terang Marwan, bisa dimanfaatkan dengan menambah frekuensi penyanangan film di desa-desa dengan membuka layar tancap.

"Saya sangat setuju dengan layar tancap, itu sebagai cara utk menaikkan gairah perfilman nasional," terangnya.

Ibu-ibu sekarang suka nonton sinetron, karena tidak ada pilihan lain. Makanya harus diberi pilihan bagi warga desa.

Menurutnya, untuk memutar sebuah film tidak harus digelar secara permanen di pusat-pusat perbelanjaan seperti yang tersedia di kota-kota besar. Pemutaran film juga bisa dilakukan melalu layar tancap di desa.

"Ada mal atau tidak ada mal itu tak ada kaitannya dengan film. Apalagi bonus demograsi itu adanya di desa-desa atau daerah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement