REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Psikolog Tara Adhisti de Thouars, seseorang yang sangat mengikuti tren biasanya tidak memiliki karakter pribadi yang kuat. Termasuk dalam mengikuti tren semisal pakaian guna meningkatkan rasa percaya dirinya.
"Pengikut tren itu pribadinya plin-plan, terlihat kurang tegas. Jadi mencerminkan kepribadian yang kurang kuat, dia tidak punya pegangan tertentu," ujar Tara di kawasan SCBD Jakarta Selatan belum lama ini.
Tara juga mencontohkan dalam konteks tujuan orang yang kerap menunjukkan pakaian bermerek. Umumnya orang tersebut ingin memamerkan status sosialnya yang tinggi.
"Pakai pakaian bermerek juga merupakan salah satu cara meningkatkan percaya diri seseorang dari faktor eksternal. Masalahnya pakaian bermerek atau ikut tren mampu tidak memuaskan orang itu," kata Tara.
Jika mampu meningkatkan rasa percaya diri seseorang, namun dia pengikut tren juga, biasanya mudah terpengaruh dan terus bergonta-ganti. Hal itu secara tidak langsung mengartikan orang itu terus mencari kepuasan.
"Sebetulnya rasa percaya diri itu paling utama dari faktor diri sendiri walaupun boleh mempercantik penampilan. Tapi kalau tren jadi satu-satunya cara, bisa membuat masalah percaya diri dia tidak selesai-selesai," katanya menambahkan.