Selasa 03 Mar 2015 14:25 WIB

Secercah Perca Dari Pasar Klewer

Anne Avantie di panggung Indonesia Fashion Week 2015.
Foto: MG02
Anne Avantie di panggung Indonesia Fashion Week 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, Lampu ruangan Hall B Jakarta Convention Center (JCC) perlahan meredup. Tetiba seluruh ruangan menjadi gelap gulita. Kemudian terdengar lantunan sinden dan musik gamelan khas Jawa. Layar besar yang berada di depan panggung menayangkan video kebakaran pasar Klewer di Solo, Jawa Tengah.

Pasar Klewer merupakan pusat tekstil terbesar di kota Solo. Pasar ini sudah terkenal sejak kependudukan Jepang di Indonesia. Dahulu lokasi pasar ini adalah tempat pemberhentian kereta api dan dikenal dengan sebutan Pasar Slompretan, diambil dari suara kereta api ketika akan berangkat menyerupai suara terompet. Namun, karena banyak pedagang yang berkleweran di pasar tersebut akhirnya hingga sekarang ini pasar itu terkenal dengan sebutan pasar Klewer. Pada tahun 1970 pasar Klewer dibangun bertingkat dan diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto pada 9 Juni 1970.

Pasar ini juga merupakan pusat kain batik yang menjadi rujukan para pedagang dari berbagai kota lain di Jawa, antara lain Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan banyak lainnya. Letak pasar ini berdekatan dengan Keraton Surakarta. Tak hanya sebagai pusat perkonomian dan perdagangan tekstil, pasar ini juga berperan sebagai salah satu simbol wisata kota Solo.

Pada 27 Desember 2014 lalu, pasar yang biasa menampung 1.467 pedagang dengan jumlah kios sekitar 2.064 unit ini mengalami kebakaran hebat. Kebakaran tersebut terjadi bertepatan dengan upacara Sekaten yang sedang berlangsung di alun-alun Utara Keraton Surakarta. Seketika kebakaran pasar Klewer menimbulkan kepanikan di kota yang sepat dipimpin oleh Jokowi sebagai walikotanya itu.

Akibat kebakaran tersebut sebanyak 1.532 kios mengalami rusak parah. Tak tanggung-tanggung kerugian akibat kejadian ini mencapai angka sekitar Rp 10 triliun. Saat ini penyebab kebakaran pasar Klewer masih menjadi kontroversi. Menurut, perancang kebaya kenamaan Indonesia, Anne Avantie, kebakaran pasar Klewer ini bukan hanya tragedi bagi kota Solo namun juga bagi semua pelaku industri kreatif di Indonesia.

“Ini kan musibah nasional dan hampir semua saya rasa, pelaku industri fesyen dan  pelaku industri seni itu merasa kehilangan,” ujar Anne kepada Republika saat ditemui usai peragaan busananya di Indonesia Fashion Week (IFW) 2015, Jakarta, Ahad (1/3).

Keprihatian terhadap kebakaran pasar Klewer itulah yang akhirnya menjadi inspirasi bagi perancang kebaya asal Solo ini. Bagi Anne pasar Klewer memilki kenangan yang sangat intim dengan dirinya. Menurutnya, pasar Klewer-lah yang menumbuhkan kecintaannya pada dunia tekstil dan fesyen.

“Klewer adalah masa kecil adalah embrio dari Anne Avantie sendiri. Sehingga pada saat itu ketika terbakar saya juga merasa ikut memiliki. Solo adalah cinta, adalah awal, adalah napas bagi saya,” ungkap Anne.

Anne membuat 20 koleksi kebaya yang terinspirasi dari kebakaran Pasar Klewer. Koleksi tersebut kemudian diperagakan pada ajang IFW 2015 di JCC, Jakarta, Ahad (1/3). Uniknya, pada koleksi ini Anne menggunakan kain-kain batik sisa dari kebakaran tersebut. Anne mengambilnya langsung diantara puing-puing pasar Klewer.

“Jadi kain-kain batik perca-perca yang terbakar itu sebetulnya lembab karena air pemadam kebakaran dan ini membuat kesulitan buat saya. Tetapi saya persembahkan ini untuk sebuah apresiasi budaya,” ujar Anne.

Meski dibuat dari kain batik perca sisa kebakaran, koleksi Anne yang bertajuk "Pasar Klewer Riwajatmoe Kini" tetap memiliki ciri khas kebaya Anne yang elegan dan kontemporer. Anne meyulap kain-kain sisa perca yang potongan dan bentuknya berbeda-beda itu menjadi satu kesatuan yang ditempel pada material bahan tile sehingga tampak mewah dan unik.

Palet warna yang mendominasi koleksi ini antara lain hitam, abu-abu, coklat, dan merah. Warna-warna yang sarat terlihat saat kebakaran terjadi. Koleksi ini pun dibalut dengan potongan yang feminin, serta sentuhan misterius dan dramatis. Seakan menggambarkan perasaan Anne terhadap kebakaran Pasar Klewer saat itu.

“Semua dari yang terbakar itu memang tidak saya lihat sebagai bentuk dari wujudnya tetapi yang saya lihat adalah bahwa ini (kain batik yang terbakar) adalah budaya bangsa yang memerlukan tangan-tangan orang yang penuh kasih,” ujar Anne.

Menurut Anne, koleksinya kali ini adalah wujudnya membangun imej dan keteladanan untuk dunia fesyen tanah air. Anne menilai koleksinya kali ini bukanlah ajangnya untuk berjualan, sebab seorang perancang fesyen tidak selalu bertujuan untuk menjual produk. Namun, ada kalanya seorang perancang hanya bertujuan untuk membangun imej dan menginspirasi publik melalui karyanya.

“Saat ini saya membangun imej dan teladan bahwa fesyen adalah sebuah bahasa cinta melalui seni. Sehingga tidak bisa ditangkap ketika kita tidak punya cinta dan tidak punya seni."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement