Jumat 27 Feb 2015 06:54 WIB

Ini Dua PR untuk Wujudkan RI Sebagai Kiblat Fesyen Muslimah

Rep: MG02/ Red: Indira Rezkisari
Model membawakan paju karya perancang Erin Ugaru pada perhelatan Indonesia Fashion Week 2015 di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (26/2).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Model membawakan paju karya perancang Erin Ugaru pada perhelatan Indonesia Fashion Week 2015 di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) menargetkan Indonesia menjadi kiblat fesyen Muslimah dunia di 2020. Kendati begitu menurut desainer yang juga anggota APPMI, Tuti Adib, Indonesia masih perlu banyak persiapan untuk mengejar target tersebut.

Ada dua hal utama menutut Tuti yang harus dipersiapkan oleh para pelaku mode di Indonesia untuk dapat menyebut diri sebagai kiblat fesyen Muslimah. Pertama, menurutnya adalah soal ukuran pakaian. Ia menilai jika ingin memasuki pasar internasional maka ukuran yang rancangan yang dibuat juga harus sesuai standar internasional.

“Kalau sekarangkan ukuran S, M, L, XL masih banyak berbeda, nantinya perlu ada kesamaan. Maka perlu ada standar-standar tertentu yang harus dipenuhi,” ungkap Tuti dalam peluncuran buku 'a PIndonesia Fashion Reportage: Modest Fashion Attire' di Indonesia Fashion Week 2015, Jakarta, Kamis (26/2).

Selain itu, kata Tuti, para pelaku mode di Indonesia juga sudah harus memperhatikan soal manajemen produksi dan manajemen pemasaran. Kemudian juga soal perkembangan SDM dalam industri mode intu sendiri. “Itu juga yang menjadi hal-hal yang harus dicermati oleh desainer busana Muslim,” ujar Tuti.

Kemudian Tuti juga mengungkapkan keinginannya agar Indonesia menjadi kiblat fesyen Muslim bisa dipercepat pada 2018. Namun, menurutnya paling tidak Indonesia harus memenuhi waktu yang sudah menjadi target bersama di 2020 untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat busana Muslim dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement