Jumat 02 Jan 2015 07:09 WIB

Awalnya, Bubuk Kembang Api Adalah Ramuan Awet Muda

Rep: c78/ Red: Mansyur Faqih
Atraksi pesta kembang api pada Upacara Pembukaan Asian Games ke-17 di Incheon, Jumat (19/9).   (Reuters/Issei Kato)
Atraksi pesta kembang api pada Upacara Pembukaan Asian Games ke-17 di Incheon, Jumat (19/9). (Reuters/Issei Kato)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergantian tahun baru saja usai. Bubuk kembang api telah dibakar dan dilesatkan ke langit sehingga menghasilkan cahaya gemerlap. 

Bagi sebagian orang, kembang api telah menjadi pelengkap perayaan malam pergantian tahun. Namun siapa sangka, bubuk tersebut dibuat para ahli kimia zaman dulu dan pada awalnya dimaksudkan untuk membuat ramuan awet muda. 

Mengutip national geographic, pada 600 hingga 900 M, beberapa ahli kimia Cina berkutat menciptakan ramuan yang bisa membuat manusia panjang umur. Mereka mencampur arang, sulfur, dan beberapa bumbu yang mengandung potasium nitrat yang kala itu terkenal sebagai penyedap makanan.

Alih-alih memperpanjang umur, ramuan mereka malah menciptakan ledakan. Para penduduk pun mulai mencampur bahan tersebut dan memasukannya ke bambu lantas melemparkannya ke api. Ia pun menghasilkan suara ledakan yang membahana.

Pada masa Dinasti Song yakni 960 hingga 1279 M, sekitar seratus tahun setelah kembang api diciptakan, pedagang kaki lima menjual barang ini. Ketika itu, bambu telah digantikan oleh tabung kertas. Pada sekitar abad ke-13, bahan ini mulai tersebar keluar Cina.

Kembang api kemudian digunakan oleh kaum terpandang untuk membuat para tamu terkesan dalam pesta perayaan tertentu. Pada 1486, Henry VII mengadakan pesta kembang api saat menikahi Elizabeth of York. Selama masa Renaisans, Italia menjadi pusat dari percobaan kembang api. 

Pada 1830, para ahli kimia Italia memiliki ide untuk mencampurkan metal dengan bubuk peledak tersebut. Hasilnya, warna-warni kembang api didapat sehingga setelah ledakan. Muncul kembang api yang menghiasi langit seperti yang kerap kita lihat dalam perayaan malam pergantian tahun belum lama ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement