Jumat 26 Dec 2014 16:48 WIB

Orang Tua Berperan Besar dalam Proses Belajar Anak

Belajar Menulis
Foto: Republika/ Amin Madani
Belajar Menulis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikiater anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan orang tua memiliki peran besar dalam proses belajar anak, terutama dalam kurikulum pendidikan yang menuntut anak mampu membaca sejak kelas I SD.

"Dulu kelas I SD berlatih membaca, menulis, berhitung dan bermain. Sekarang, siswa kelas I dituntut bisa itu semua. Kalau orang tua tidak memberi perhatian dengan mengajari, anak akan tertinggal," kata Ika Widyawati, Jumat (26/12).

Ika mengatakan percuma orang tua mengikutsertakan anaknya dengan les membaca, menulis dan berhitung bila mereka sendiri tidak pernah mau meluangkan waktu untuk mengajari sendiri.

Apalagi saat ini untuk bisa diterima di SD, beberapa sekolah mensyaratkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Akibatnya, masa anak-anak untuk bermain semakin berkurang karena harus belajar membaca, menulis dan berhitung sejak dini.

Terkait dengan kurikulum pendidikan, Ika mengatakan penyusunan kurikulum seharusnya melibatkan multidisiplin ilmu untuk mendapatkan formula yang tepat bagi peserta didik.

"Formula pendidikan yang diterapkan pada peserta didik tidak bisa hanya disusun oleh satu bidang saja. Pendidikan anak itu juga melibatkan banyak bidang seperti kejiwaan, psikologi, kesehatan dan lain-lain," tuturnya.

Menurut dia, penyusunan kurikulum yang melibatkan multidisiplin ilmu terjadi terakhir kali pada 1994. Saat itu, dia bersama beberapa pakar di berbagai bidang ilmu dikarantina untuk merumuskan kurikulum yang paling tepat.

Meskipun sempat kecewa karena masukannya bersama beberapa pakar lain tidak diakomodasi dalam kurikulum baru yang disusun, Ika mengatakan seharusnya penyusunan kurikulum tetap melibatkan pihak lain di luar bidang pendidikan.

"Misalnya dokter mata yang bisa memberikan masukan bagaimana seharusnya tulisan dalam buku pelajaran. Mata anak itu belum bisa untuk membaca tulisan yang terlalu kecil," tuturnya.

Karena itu, buku pelajaran anak seharusnya menggunakan tulisan yang relatif lebih besar. Namun, yang terjadi saat ini, buku-buku pelajaran anak sejak dari mula sudah berukuran kecil sehingga anak menjadi enggan membaca.

"Kemudian yang disalahkan adalah anaknya karena disebut malas membaca. Padahal, ukuran hurufnya terlalu kecil sehingga mereka kesulitan untuk membaca," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement