Selasa 09 Dec 2014 11:58 WIB
Keuangan

Hadapi MEA dengan Siasat Keuangan Ini

.
Foto: Prayogi/Republika
.

REPUBLIKA.CO.ID, Kak Hari yang saya hormati, saya baru menikah dan masih bingung dengan kondisi keuangan keluarga saya hari ini.  Sementara bulan depan kita akan memasuki era Pasar Bebas ASEAN alias MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), yang sekarang iklannya sudah gencar.  Ibarat baru bangun tidur, api sudah menyala di berbagai tempat.

Apa yang harusnya saya lakukan terhadap kondisi keuangan keluarga saya nantinya dan strategi jitu apa saja yang wajib kami lakukan?

Terima kasih dan mohon sarannya.

Dodi, Palembang

Jawaban WF 19

Mas Dodi yang diberkati oleh Allah SWT, semoga dengan pernikahan ini keluarga Anda menjadi keluarga ASMARA (As sakinah Mawaddah Rahmah), baik dunia maupun akhirat, Amin.

MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau EAC (Economic ASEAN Community) adalah sebuah keniscayaan yang hadir untuk kita yang digagas oleh elite bangsa ini untuk memajukan dan membangun peradaban. Setelah melewati proses perjalanan 47 tahun, maka di tahun 2015 akan terjadi pengintegrasian diri sebuah komunitas yang pada tahun 1967 memiliki komitmen untuk bekerja sama meningkatkan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi di negaranya masing-masing.

Artinya tidak ada sebuah hal yang tiba-tiba, semuanya melalui proses. Dan setiap proses ada tanda-tandanya, paling tidak dari tahun 2003 hingga 2013 kemaren sektor logistik sudah diintegrasikan dan diliberasikan guna menunjang kelancaran lalu lintas perdagangan di kawasan ASEAN.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita yang sepertinya baru ‘sadar’ ketika barang dan jasa dari luar negeri ini masuk dan bertebaran di hampir setiap sudut Indonesia? Ketika tahun 2015 dimulai, maka arus bebas pertukaran barang dan jasa, arus bebas pertukaran modal dan pertukaran SDM tidak bisa terhindarkan. Konsekuensinya kita harus menjadi tamu dan tuan rumah yang baik. Karena kedatangan barang dan jasa ke negeri ini sudah tidak terbendung.

Paling tidak ada 2 strategi dasar untuk menghadapinya, yakni :

1.    Strategi bertahan

Kita mempersilahkan tamu masuk ke rumah kita, tetapi kita sudah siap menyambut tamu tersebut.

Dalam perspektif ilmu perencanaan keuangan, setidaknya ada 3 hal yang harus kita siapkan :

a.    Perbaiki keamanan kerja (job security)

Teori dasarnya, semakin pekerjaan Anda tidak memberi jaminan kepastian, maka otomatis dana darurat mesti diperbesar. Ketika SDM dari luar datang dengan keahlian dan karakter lebih dibanding kita, iklim persaingan kerja akan mencapai klimaksnya, Jika Anda tidak siap, maka ada kemungkinan Anda yang akan didepak lebih dahulu dari perusahaan tempat Anda bekerja hari ini.  Ketika katakanlah Anda PHK, maka Anda tidak lagi memiliki pendapatan, disinilah dana darurat menjadi ‘penolong sementara’ Anda.

Untuk itu Anda harus memiliki dana darurat 2 kali lipat dari sekarang.  Itu artinya bagi Anda yang baru menikah, maka minimal 6 kali pengeluaran bulanan wajib Anda miliki.  Ketika era MEA terjadi, Anda harus lipat gandakan menjadi 12 kali pengeluaran bulanan.  Syukur-syukur menjadi 24 kali pengeluaran bulanan.

Secara jangka panjang solusi jitunya dengan multiple income, misalnya setelah bekerja di tempat sekarang, after jam kerja Anda bekerja lagi di luar (bekerja sambilan).  Bisa juga membuat bisnis sendiri yang bersinergi dengan istri atau teman-teman Anda.  Atau menanamkan uang Anda sebagai investor dengan cara bagi hasil.  

b.    Punya JPKK (Jaring Pengaman Keuangan Keluarga)

Jika saya analogikan pada mesin mobil, JPKK adalah sebagai peredam kejut atau shockbreaker ketika terjadi benturan keuangan.  Selain dana darurat, ada yang namanya rekening bersama, ketika benturan pertama datang, maka antisipasi kedua adalah punya rekening bersama yang hanya bisa diambil dengan tanda tangan suami dan istri. 

Selanjutnya ada proteksi dan terakhir aset-aset Anda, baik aset berupa urat berharga, real, intellectual maupun aset properti.

c.    Hidup semurah mungkin

Jika ada pilihan mana yang lebih Anda kedepankan gaya hidup atau biaya hidup?  Tentunya secara keinginan pastinya gaya hidup (life style) ketimbang kebutuhan biaya hidup.  Tetapi di era MEA, di mana cerminannya masih masyarakat industri dengan gaya hidup masyarakat kelas menengah konsumsi tinggi (high mass consumption), maka menurutkan keinginan gaya hidup adalah tidak bijak.

Solusinya adalah dengan menghitung kembali biaya hidup Anda, dengan hidup semurah mungkin secara jangka pendek, tetapi Insya Allah akan aman secara jangka panjang. Jika Anda bisa menunda keinginan menikmati gaya hidup tinggi, alangkah baiknya hidup semurah mungkin dengan lebih banyak menabung dan investasi untuk masa depan ketimbang secara jangka pendek nikmat, tetapi secara jangka panjang tidak bisa berkelanjutan. Misalnya lebih memilih berinvestasi ketimbang berbelanja di mal untuk barang-barang konsumtif.

Hidup semurah mungkin berarti, hidup sesuai kebutuhan bukan keinginan semata.  Kebutuhan bersifat terbatas, sementara keinginan bersifat tidak terbatas.

 

2.    Strategi menyerang

Setelah menerapkan strategi bertahan, saatnya Anda menerapkan strategi menyerang.  Menyerang dengan apa? Menyerang berarti melihat peluang yang ada di depan mata atau melihat dengan sebuah visi.

a.    SDM (Sumber Daya Manusia)

Setiap tenaga kerja asing berdatangan ke Indonesia, tidak semuanya datang dengan kantong tebal ala ekspatriat yang bisa menyewa apartemen dengan harga mahal.  Akan banyak yang punya dana terbatas, akan tinggal atau kos di rumah-rumah penduduk dekat tempat kerjanya,  itu artinya ada peluang untuk mendapatkan passive income dari jasa menyewakan tempat tinggal.  Belum lagi makanan yang mereka butuhkan setiap pagi, yang bisa Anda sediakan.

b.    Pendidikan

Jika Anda hari ini masih mau belajar, mengapa tidak memanfaatkan sekolah di luar negeri yang termasuk negara-negara anggota ASEAN.

Pendidikan itu seperti dua sisi mata uang, ketika hard dan soft skill Anda meningkat, otomatis pendapatan dan biaya hidup juga akan meningkat.

Di luar Indonesia, biaya pendidikan bisa menjadi kelas premium semua, karena harus menyesuaikan dengan kondisi global kawasan ASEAN.

Peluang ini berarti menjadi pelecut untuk pendidikan di Indonesia agar meningkatkan kualitasnya masing-masing.

Sementara untuk biaya pendidikan anak Anda nantinya, tetap direncanakan jauh-jauh hari. Jika inflasi pendidikan antara 10-15 persen per tahun, maka Anda wajib menjadikan hitungannya menjadi 20 persen per tahun, agar bisa menyesuaikan dengan tarif internasional.

c.    Modal, barang dan jasa

Ketika arus modal asing masuk, ada peluang untuk meningkatkan daya saing dengan bersinergi dengan mereka.  Seperti yang Rasulullah SAW pernah sabdakan, orang-orang Muslim itu bersyirkah/bekerja sama dalam tiga hal, yakni padang rumput (food), air (water) dan api (energy)” HR Abu Daud 3745.

Artinya hal paling pokok dari kehidupan bersumber pada tiga hal di atas.  Sementara tren atau kecenderungan pasar tetap berporos pada 3 F (Food, Fashion, dan Fun).

Jika Anda bisa menjadi produsennya, bukan sekedar menjadi konsumen semata, maka era MEA adalah sebuah kesempatan besar. Dalam lingkup fun atau kesenangan, seperti traveling misalnya, ubah hobi traveling Anda menjadi sesuatu yang produktif.  Artinya ketika Anda berwisata ke negara lain di lingkup ASEAN, maka Anda tinggal bawa barang dari Indonesia ke negara-negara ASEAN tersebut dan menjualnya ke sana, pun begitu sebaliknya. Jadi selain bisa relaksasi, juga menghasilkan pemasukan.

Selamat bergabung di era MEA dan jadikan hal ini momentum mendapatkan pendapatan yang jamak!

Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected]  SMS 0815 1999 4916.

twitter.com/h4r1soulputra

www.p3kcheckup.com

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement