REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memiliki asuransi masih dianggap sebagai sesuatu yang rumit dan justru menyulitkan. Karena itu penetrasi kepemilikan asuransi secara individu masih sangat rendah di Indonesia.
Kesan mahal juga tersemat pada kepemilikan asuransi di Indonesia. Presiden Direktur Prudential Indonesia, Rinaldi Mudahar, mengatakan padahal asuransi bisa dimiliki sesuai kemampuan keuangan masing-masing orang.
''AWalnya asuransi tidak harus dibeli dengan jumlah yang besar atau mahal,'' ujar Rinaldi, dalam paparan hasil survei mengenai 'Kesiapan Keluarga dalam Perencanaan Keuangan' yang dilakukan Prudential Indonesia bersama Nielsen Indonesia, Kamis (27/11). Ia memberi contoh, bagi keluarga muda yang ingin membeli asuransi untuk dana pendidikan anaknya, orang tua bisa membelinya dengan jumlah yang paling disanggupi terlebih dahulu.
Seiring dengan kenaikan pendapatan orang tua, maka premi asuransinya bisa ditingkatkan. Peningkatan premi tersebut, atau disebut Top Up, disarankan Rinaldi setiap kali orang tua mendapat kenaikan gaji.
''Banyak keluarga muda yang pendapatannya masih terbatas, tapi mereka sudah bisa mulai mencicil asuransi pendidikan anaknya. Selang beberapa tahun ada kenaikan, lalu top up lagi. Sehingga pada akhirnya, ada keserasian antara premi asuransi dan manfaatnya bagi dana pendidikan anak,'' kata Rinaldi memaparkan.
Asuransi pendidikan sering disebut sulit untuk mencapai target tujuan keuangan bagi dana pendidikan anak. Kenaikan hasil dari asuransi pasalnya sering tidak mampu mengejar inflasi dana pendidikan, yang di Indonesia nilainya bisa mencapai 20 persen per tahun.
Sejak kapan orang tua bisa mulai mencicil dana tersebut, Rinaldi menyarankan melakukannya sejak baru menikah. Selagi muda dan sehat adalah saat yang paling tepat bagi seseorang untuk mulai memiliki asuransi.