Ahad 26 Oct 2014 11:26 WIB

Chiang Khan Story, Kehidupan Cinta Tanpa Sentuhan Gadget

Rep: CR 05 / Red: Hazliansyah
Chiang Kan Story
Chiang Kan Story

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggemar film di Indonesia semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan film. Salah satunya adalah film Thailand, Chiang Khan Story. Film ini dibintangi aktor Thailand paling populer, Kao Jirayu. 

Chiang Kan Story menceritakan rasa sayang yang tetap setia terpendam di hati kedua orang yang merajut persahabatan sejak kecil antara Tokkae (Kao Jirayu) seorang anak keluarga miskin dan Pang (Chontoda Asavahame) anak cukup berada. 

Chiang Khan merupakan nama sebuah kota kecil terpencil yang menjadi saksi bisu kisah persahabatan yang selalu diingat Tokkae dan Pang sampai kapanpun. Saat sekolah dasar, Pang harus meninggalkan kota itu karena mengikuti Ayahnya yang dipindahkan kerja.

Namun 10 tahun kemudian, Tookkae dan Pang bertemu kembali di ibu kota dengan butir-butir perasaan yang masih sama seperti dulu. Namun nahas, cerita pertemuan mereka itu tragis. Pang salah paham terhadap Tookkae yang dikiranya telah melakukan hal tidak senonoh padanya. 

Kesalahpahaman itu berujung besar bahkan hingga membuat cita-cita besar Tookkae menjadi sutradara film kala itu seperti hancur berkeping-keping. Sementara Pang saat itu menjadi seorang artis ternama. Namun suatu hari Pang mendapat penjelasan sebenarnya dari kesalahpamannya saat mendatangi kota kecil kenangan mereka. 

Seperti apa akhirnya sikap Pang terhadap Tookae? Lalu bagaimana dengan kisah cinta mereka? 

Yuthlert Sippapak selaku sutradara mengatakan, film ini ia buat atas kerinduannya pada kampung halamannya, Loei. Tempat asalnya, menurut Sippapak, adalah sebuah kota dengan masyarakat yang masih berinteraksi secara natural tanpa teknologi modern atau gadget. 

"Kelebihan juga sekaligus yang membuat ini beda dengan film lain adalah mengangkat kisah cinta yang murni, belum tersentuh teknologi modern atau gadget namun kekuatan cintanya sejati tetap bertahan lama," ujar Yuthlert saat mempromosikan filmnya tersebut, di Blitz Megaplex Grand Indonesia Jakarta, Sabtu (25/10).

Latar waktu ChiangKhan Story mengambil era 70 sampai 90an. Dan Yuthlert yakin, ini pula yang akan menjadi daya tarik tersendiri film yang memakan proses sekitar 5-6 bulan itu. 

"Sedikit kesulitan mencari tempat-tempat yang cocok, sebab pembuatan filmnya murni tidak memakai teknologi CGI, jadi tempat pengambilan gambar sampai peralatan zaman dahulunya itu asli," lanjut dia. 

Film ini tayang di Blitz Megaplex mulai 24 Oktober kemarin. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement