REPUBLIKA.CO.ID, Sebelum mencemplungkan uang ke bursa saham, investor harus berupaya menggali sebanyak mungkin informasi tentang saham. Dalam berinvestasi, pepatah mengatakan jangan pernah masuk ke kolam yang tidak diketahui kedalamannya.
Lukas Setia Atmadja, pengajar keuangan dan investasi di Prasetiya Mulya School of Business and Economics, mengatakan jangan pernah berinvestasi ke sesuatu yang tidak diketahui risiko maksimalnya. ''Investasi saham memang identik dengan melakukan sesuatu yang spekulatif, berisiko tinggi, bisa buat bangkrut, tapi bila investor paham risiko dan paham saham, maka dampak buruknya bisa diminimalisir,'' ujar Lukas, dalam kelas edukasi investasi yang diselenggarakan oleh Shcroders Invesment Management Indonesia, beberapa waktu lalu.
Sebagai gambaran, dari September 2004 hingga Mei 2014, investasi di saham rata-rata tumbuh 20,1 persen per tahun. Angka ini lebih tinggi dibanding investasi lainnya, yaitu emas yang tumbuh 15,6 per tahun, bond (11,3 persen), SBI (7,9 persen), juga properti di seluruh Indonesia (3,9 persen).
Lukas pun membagi pengalamannya menuai keuntungan dari investasi saham. ''Saya menaruh uang untuk dana sekolah anak saya di saham, hasilnya bisa untuk membiayai kuliahnya yang sekarang diterima di Fakultas Kedokteran, swasta pula,'' ujarnya. Ia menjelaskan, dana ini bukan dari setahun dua tahun diletakkan di saham. Lukas sudah menanamnya setidaknya sejak anak-anak masih kecil.
Saham juga satu-satunya investasi yang bisa memberikan imbal hasil terbaik dalam jangka panjang. Meletakkan uangbur dalam bentuk saham secara jangka panjang, di atas 10 tahun, juga mampu meminimalisir risikonya.
Lukas mengatakan, orang yang menaruh uangnya di saham secara jangka pendek sebenarnya hanya sedikit yang berhasil. ''Data kami, trader yang bermain jangka pendek hanya 20 persen yang sukses,'' katanya. Mereka ini meraup untung dari memanfaatkan pergerakan saham jangka pendek, seperti harian atau mingguan.
Secara jangka panjang, bursa saham di Tanah Air tercatat selalu menunjukkan kenaikan. Karena itu Lukas sekali lagi menekankan pentingnya memahami terlebih dulu saham dan risikonya, agar tidak panik saat pasar sedang turun.
''Bursa saham itu seperti orang yang naik tangga dan main yoyo. Yoyo itu diibaratkan harga saham, yang bisa naik turun. Tapi kuncinya ada di kaki, yang naik terus karena naik tangga,'' katanya menjelaskan.