REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Perempuan berhijab di mana pun di seluruh dunia kini dituntut untuk menjadi kreatif. Dengan menggabungkan keharusan berbusana sesuai syariat agama dengan tren dunia mode, mereka menciptakan tren yang disebut hipster hijabis.
Gaya ini merupakan reinterpretasi dari apa yang dulu disebut berpakaian secara konservatif. Para pengguna hijab yang modis ini pun menciptakan pasar baru. Dan, uniknya mereka menemukan sokongan dari beberapa brand mainstream, termasuk dari kaum Kristen konservatif dan Yahudi ortodoks yang juga berpakaian tertutup.
''Kami ingin bisa mengikuti mode dan mematuhi agama kami,'' kata Ibtihaj Muhammad, pemilik Louella, mereka busana Muslim, seperti dikutip dari AP, Kamis (8/10).
Label asal Los Angeles ini telah menjual 4.000 pakaian sejak dibuka tiga bulan lalu. Muhammad mengatakan ia kesulitan mencari atasan lengan panjang dan busana terusan panjang untuk dikenakan. Muhammad, yang juga atlet dan anggota anggar tim AS, padahal harus banyak bepergian dan jadi pembicara karena keatletannya itu.
Koleksinya sengaja dibuat dalam berbagai warna. Diakuinya ada banyak label busana Muslim, tapi umumnya mereka menjual abaya saja dalam warna hitam.
Beberapa desainer papan atas mulai melirik kebutuhan Muslimah untuk berpakaian modis. Tahun ini, DKNY meluncurkan koleksi saat Ramadhan yang dijual eksklusif di Arab. Karl Lagerfeld juga membawa koleksi Chanelnya untuk diperagakan di Dubai.
Populasi Muslim yang besar di Indonesia memang membuat Muslimah Tanah Air tampil modis dengan mudahnya. Kondisi tersebut berbeda dengan Muslimah di negara barat yang tidak mudah menemukan busana Muslim dengan gaya yang mengikuti tren terkini.