REPUBLIKA.CO.ID, Tahun ini adalah tahun kelima batik dirayakan melalui hari batik nasional. Setiap tahunnya, saat tanggal 2 Oktober, masyarakat memperingati hari batik dengan mengenakan busana atau aksesoris batik.
Seniman batik, Iwet Ramadhan, mengatakan setelah batik naik daun di publik Tanah Air, saatnya orang Indonesia memahami batik. ''Tahu saja tidak cukup, harus paham. Paham itu artinya mengerti kalau kain batik punya filosofi,'' katanya, Kamis (2/10).
Menurut Iwet masih banyak orang Indonesia, termasuk pedagang batik, yang tidak memahami batik yang dipakainya. Pengalamannya berputar-putar di Thamrin City dan berbicara dengan pedagang baju batik, raat-rata mereka tidak paham batik motif apa yang dijualnya.
''Saatnya sekarang tahu bedanya batik sogan dengan batik pesisiran, atau motif lain,'' kata Iwet.
Meski batik sudah populer Iwet merasa edukasi tentang batik belum cukup. Ia pun gemas, bercampur patah hati, saat melihat batik diberlakukan secara semena-mena. Keluar dari pakem yang sudah menjadi warisan turun-temurun.
Seperti misalnya memasangkan payet pada kain batik. Atau memotong kain batik tanpa aturan.
''Saya tidak anti-modernisasi, yang tapi modern itu pikirannya. Bukan sekadar modern tanpa menjaga kearifan lokal,'' kata dia memaparkan.
Kreativitas para desainer yang bekerja dengan batik akan jadi luar biasa bila disertai pemahaman. Melalui pemahaman terhadap batik, nanti jiwa batik akan tercermin pada rancangan pula.