REPUBLIKA.CO.ID, Batik bukan sekadar sehelai kain bermotif. Bagi orang Jawa khususnya batik adalah kain yang sarat makna. Karena itu adalah batik yang mengantar orang Jawa ketika mereka menikah, punya anak, hingga saat meninggal.
Seniman batik sekaligus pengusaha batik, Rika Harjosuwarno Avgoustinou, mengatakan batik disebut batik karena ada prosesnya.
Secara etimologi, batik berasal dari kata 'mbat' dan 'tik'. Kata 'mbat' mengandung arti menarik, mengerjakan bersama, sedang kata 'tik' berarti menulis atau nitik.
''Batik memiliki banyak elemen,'' kata Rika. Elemen yang dimaksudnya adalah serangkaian proses yang harus dilalui untuk membuat sehelai kain batik.
Secara tradisional, batik dibuat dengan dua cara, yakni tulis dan cap. Popularitas batik membuat Cina menirunya dan mengekspor kain batik yang dibuat secara print ke Indonesia. Cara itu tak ubahnya kain bermotif biasa, yang banyak dijual di pasar atau toko bahan.
Batik tulis diterangkan Rika bermula dari proses menggambar motif di kertas, lalu dipindah ke kain. ''Masih harus dicanting, dipakaikan malam, terus diwarnai celup, dikeringkan, dicelup lagi,'' kata Rika memaparkan prosesnya.
Sementara batik cap tidak kalah rumit. Motif yang diinginkan sebelum dicap ke kain harus dibuat di tukang pandai besi. Dan, semakin rumit motif yang diinginkan, semakin lama pandai besi butuh waktu untuk membuatnya. Satu cap motif batik bisa menghabiskan waktu dua bulan untuk dibuat.
Rika lantas mengibaratkan baik seperti uang. ''Uang itu yang memegang banyak kan,'' ujar dia. Sama seperti batik, dipegang oleh banyak tangan mulai dari membuat motif, mewarnai, hingga akhirnya menjadi sehelai kain batik yang siap digunakan.