REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ahli biologi kelautan telah lama mengetahui bahwa menganalisa lendir dari lubang sembur ikan paus dapat memgidentifikasi kualitas kesehatan seekor paus, layaknya tes darah pada manusia.
Namun, bagaimana bisa peneliti mengumpulkan sampel dari lendir ikan paus yang merupakan hewan terbesar di dunia dengan berat di atas 100 ton? Jawabannya tentu saja dengan sebuah drone alias helikopter tanpa awak.
Ilmuwan di Olin College of Engineering mendapatkan izin untuk menggunakan drone khusus bernama Snot Bot. Tugasnya adalah mengumpulkan lendir ikan paus.
Dilansir dari Geek, Selasa (22/9), seperti layaknya drone, Snot Bot berfungsi sebagai quadrocopter. Sebuah spons bedah dipasang di bagian bawahnya yang akan menyerap lendir dari hidung paus. Snot Bot tidak harus masuk sepenuhnya ke dalam lubang sembur yang sangat membahayakan.
Ketika drone ini menangkap sinyal seekor paus akan bernapas Snot Bot akan meneruskan sinyal ke operator. Drone berupa helikopter kecil ini akan terbang ke tengah-tengah letusan air dari lubang udara si paus ketika menghembuskan napasnya.
Nah, paus biasanya tidak hanya menyemburkan air lewat lubang ini, melainkan juga lendir hidungnya, dan tugas spons yang akan menyerapnya.
Sampel lendir paus dapat memberi tahu ilmuwan tentang sifat lingkungan makhluk hidup ini tinggal. Setiap kontaminan yang menyerang paus akan muncul dalam lendirnya. Pengujian cairan ini juga dapat mengungkapkan kadar hormon dalam ikan paus.
Lapisan sel dalam paru-paru paus yang terkandung dalam semburannya dapat digunakan untuk analisis DNA. Meneliti paus dengan drone ini juga lebih mengurangi stres mamalia air ini ketimbang mendekatinya dengan kapal besar. Snot Bot ini diperkirakan bernilai di bawah 3.000 dolar AS.