REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dua menteri "menghadiahkan" pembacaan puisi untuk KH Achmad Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus pada malam budaya "Selametan 70 Tahun Gus Mus" di Semarang, Sabtu (6/9) malam.
Kedua menteri itu, yakni Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu dan Menteri Agama Lukman Saifuddin Hakim yang hadir pada kegiatan yang dilangsungkan di Balairung Universitas PGRI Semarang.
Menparekraf Marie Elka yang mendapatkan giliran pertama menyampaikan testimoni terhadap sosok Gus Mus memilih membacakan puisi, diikuti Menag Lukman Hakim pada giliran kedua dengan puisi berjudul "Rais Aamku".
Setidaknya ada empat menteri yang hadir dalam acara itu, dua lainnya, yakni Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmi Faisal.
Muhaimin yang mendapatkan giliran ketiga menyampaikan testimoni mengungkapkan Gus Mus dulu sempat "dekat" dengan dunia politik, tetapi sekarang ini lebih "dekat" dengan persoalan sosial dan budaya.
Sementara Helmi Faisal menyebut ulama sekaligus budayawan kelahiran Rembang, 10 Agustus 1944 itu sebagai sosok serba bisa yang mudah bergaul dengan semua kalangan, mulai seniman, budayawan, hingga politikus.
"Gus Mus memang serba bisa. Ketemu seniman, beliau jadi seniman unggul, ketemu budayawan jadi budayawan luar biasa, ketemu politisi jadi deklarator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)," katanya.
Selain empat menteri itu, masih ada banyak yang menyampaikan testimoni, termasuk Ibu Sinta Nuriyah, istri mendiang KH. Abdurrahman Wahid yang semasa hidupnya dikenal sebagai sahabat dekat Gus Mus.
"Semua orang tahu Gus Mus adalah sahabat karib Gus Dur. Bahkan, paling karib di antara yang terkarib. Persahabatan mereka dijalin sejak kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir," kenangnya.
Deretan budayawan dan sastrawan terkemuka hadir dalam acara itu, seperti Gunawan Mohammad, Radhar Panca Dahana, D. Zawawi Imron, termasuk pula Presiden Jancukers, Sujiwo Tejo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Ada 22 tokoh didaulat memberikan testimoni yang kebanyakan memilih menyumbang puisi, dipungkasi puisi Gus Mus berjudul "Hanien" yang dibacakan Irma Hutabarat, dipadu irama saksofon Sujiwo Tejo.
Gus Mus mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatnya yang memprakarsai acara itu meski dirinya sama sekali tidak pernah mau dirayakan ulang tahunnya, dan "selamatan" itu baru pertama kalinya.
"Saya belajar banyak hal dari orang-orang yang hadir di sini, baik yang ditakdirkan jadi menteri, gubernur, seniman, budayawan, orang-orang biasa. Mereka yang menjadi guru-guru saya," kata Gus Mus.