REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kain tenun "rangrang" hasil produksi perajin di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, kini banyak diminati masyarakat luar daerah. Perajin setempat pun kewalahan memasok permintaan kain tenun tersebut.
Yeni Irmaya, salah satu pengusaha yang memasok kain tenun rangrang di Kota Mataram, Kamis (4/9), mengaku kewalahan menerima pesanan kain tenun itu dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam sehari kain tenun rangrang yang dikirim ke luar daerah bisa mencapai 10 lembar. Daerah-daerah yang paling banyak memesan antara lain kota-kota di Kalimantan, Sumatera Utara, Lampung, serta Kota Makassar, Pontianak, Palu, Magelang dan Malang.
"Kami kewalahan karena bayak dari para pemesan juga meminta desain khusus yang mereka inginkan," katanya. Yeni yang sebelumnya hanya sebagai pengusaha tas tenun lokal ini mengaku mulai menekuni menjual kain tenun rangrang dalam dua bulan terakhir.
"Awalnya saya haya membeli kain rangrang untuk menjadi bahan pembuatan aneka tas termasuk dari tenun sasak samawa mbojo (sasambo). Namun belakangan banyak pemesan yang ingin membeli kain rangrang untuk dijadikan bahan baju atau rok," katanya.
Ia mengatakan, harga yang ditawarkan untuk satu lembar kain rangrang bervariasi mulai dari Rp 250 ribu, Rp 300 ribu hingga Rp 350 ribu per lembar dengan ukuran 60 cm x 2 meter.
Harga tersebut tergantung dari motif yang diingin oleh para pelanggan. Karena motif menentukan tingkat kesulitan pembuatannya. Satu kain rangrrang paling cepat diselesaikan dalam waktu satu minggu.
"Kain rangrang ini memang memiliki motif zig-zag dengan kombinasi warna-warna cerah, tetapi ada juga yang menginginkan warna lebih "soft' atau lembut," katanya.
Ia mengatakan, untuk memenuhi pesanan para pelanggan, kain tenun rangrang dipesan dari perajin di Desa Sukarare, Ungge dan Desa Sade di Kabupaten Lombok Tengah. Tingginya peminat kain tenun rangrang dari luar daerah ini, membuat hampir semua perajin di tiga desa itu kini banyak memproduksi tenun rangrang.
"Awalnya, tenun rangrang ini berasal dari perajin di Nusa Penida Bali. Namun karena kewalahan menerima pesanan akhirnya mereka mengalihkan pesanan itu ke perajin di Lombok yang saat ini juga kewalahan menerima pesanan," katanya.