Rabu 03 Sep 2014 14:20 WIB

Ssst... Tak Semua Orang Bisa Membuat Kopi Lho

Rep: MG ROL 25/ Red: Indira Rezkisari
Barista bukan sekadar bekerja mencampur kopi dan air.
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Barista bukan sekadar bekerja mencampur kopi dan air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Merebaknya minuman olahan yang terbuat dari kopi, menjadi daya tarik besar bagi masyarakat untuk semakin menikmatinya. Tak ayal, aneka minuman seperti frappe, espresso, atau latte, diminum tak hanya untuk menenangkan pikiran. Tapi juga sebagai prestise dan gaya hidup.

Bagi para pembuatnya, kopi justru menjadi penunjang kreativitas. Diakui pakar kopi Adi W Taroepratjeka, membuat kopi dengan cita rasa tinggi adalah sebuah seni yang tidak semua orang bisa melakukannya.

Kopi, katanya, tidak hanya dapat diolah dengan gula dan air panas saja. Bagi seorang peracik kopi atau barista, mengasah imajinasi dan kreativitas akan sangat membantu memperkaya rasa baru kopi. Selama tidak mengubah kualitas asli kopi, penambahan bahan tepat bisa membuat kopi semakin lezat.

“Misalnya Fosco, kopi yang dicampur dengan soda. Bahan kopinya tetap terasa, tapi rasanya jadi unik,” ia mencontohkan, ditemui setelah peluncuran produk Mini Me dari Nescafe Dolce Gusto, Selasa (2/9).

Adanya profesi barista, semakin menegaskan bahwa tak sembarang orang bisa membuat kopi. Untuk membuat minuman sederhana seperti cappucino, lanjut Adi, seorang barista memerlukan keahlian khusus dan latihan yang lama untuk membuat foam dan layer pada minuman tersebut.

Meski kopi Arabika disebut jenis kopi yang lebih istimewa dari Robusta, Adi menyatakan keduanya memiliki keistimewaannya masing-masing. Kunci utama agar kopi, Arabika maupun Robusta, tetap dalam kualitas yang terjaga adalah dari penanaman yang memperhatikan unsur hara tanah yaitu kelembaban, dan suhu.

 “Lalu ada cara penyajian. Kalau tekanannya terlalu rendah, atau takarannya salah, ya rasa kopinya hancur,” ujar pria yang juga sering dijuluki “Penguji Cita Rasa Berlisensi” ini.

Uniknya, setiap daerah memiliki rasa kopi yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan iklim berbeda dan cara penanaman dengan gaya masing-masing daerah. Indonesia yang merupakan produsen Robusta ketiga di dunia, memiliki rasa kopi yang lain, karena penanamannya masih menggunakan pupuk alami.

“Karena itu, saya sering menganggap, membuat kopi itu adalah perjalanan,” pungkas Adi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement