Rabu 02 Jul 2014 14:51 WIB

Cerita di Balik Blusukan Jokowi

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Citra Listya Rini
Joko Widodo
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa-rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan capres Joko Widodo dalam hal blusukan. Untuk urusan yang satu itu capres yang akrab disapa Jokowi ini tak ada lawannya.

Disebut begitu bukan karena Jokowi yang mempertama kali membuat istilah blusukan menjadi populer. Melainkan karena pria yang baru saja berulang tahun ke-53 itu seolah tak pernah kehabisan energi untuk blusukan.

Tak heran jika kemudian Jokowi diberi gelar 'Si Krempeng Bertenaga Banteng' oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Selama masa kampanye Pilpres ini, Jokowi memiliki segudang kegiatan yang membuatnya seringkali tak memiliki waktu tidur cukup.

Jokowi kerap kampanye dari pagi hingga pagi lagi. Contohnya saja ketika kampanye keliling Jawa Timur pada 27 Juni lalu. Sejak pagi, Jokowi sudah kampanye keliling pasar di Banyuwangi. Kemudian, pada sore harinya, ia sudah sampai di Malang untuk menghadiri haul Bung Karno dan Kiai Hasyim Asy'ari di Pesantren Babussalam. 

Dari Malang, Jokowi langsung bertolak melanjutkan perjalanannya menuju Blitar melalui jalan darat. Sampai di Blitar, tepatnya di makam Bung Karno, sudah lewat tengah malam. Meski sudah masuk dini hari, Jokowi tetap disambut ratusan relawannya di depan pintu gerbang makam Sang Proklamator tersebut.

Namun, perjalanan tak berhenti sampai di situ. Jokowi melanjutkan perjalanannya menuju Madiun. Barulah pada pukul 04.45 WIB, tepat ketika adzan subuh berkumandang, capres nomor urut dua tersebut baru masuk ke salah satu hotel di Madiun untuk beristirahat.

Jangan kira pagi harinya Jokowi akan absen blusukan. Pukul 09.00 WIB, pria yang baru saja berulang tahun ke-53 tersebut langsung menuju Lapangan Rejomulyo, Madiun untuk menghadiri kampanye terbuka.

Jadwal padat macam itu bukan hanya sekali dilakoni Jokowi. Pernah juga ia berkampanye di tiga provinsi dalam sehari, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, tanpa menginap. Dia baru kembali ke Jakarta pukul 02.00 pagi dan sudah beraktivitas kembali esok harinya.

Pernah juga Jokowi menjalani tur kampanye mengunjungi sejumlah kota di sepanjang jalur pantai utara Jawa selama lima hari, lewat jalur darat. Di hari pertama trip tersebut, dia baru beristirahat di hotel pukul 03.00 WIB.

Sebenarnya, dalam agenda kegiatannya, Jokowi umumnya dijadwalkan sudah beristirahat di hotel pukul 21.00 WIB. Namun prakteknya, jadwal selalu mundur. Salah satu penyebabnya karena manajemen waktu yang tidak baik. Tidak semua pertemuan yang diagendakan dapat dihadiri Jokowi. Seringkali ada agenda yang digunting alias tidak jadi didatangi lantaran waktunya tidak cukup.

Di sisi lain, Jokowi kerap dicegat relawannya dipinggir jalan. Mau tak mau, ia harus turun menyambangi panggung yang sudah disiapkan. Meskipun sebenarnya, acara tersebut tidak masuk dalam jadwal. 

"Ya kalau lewat, kemudian dicegat, bagaimana? Kalau tidak turun nanti jadinya ramai dong," kata ayah tiga anak tersebut. Hal itulah yang kemudian membuat jadwalnya terus mundur.

Padahal, Jokowi mengaku, Mega kerap mewanti-wantinya agar tidak blusukan sampai larut malam atau bahkan dini hari. Mega berpesan paling lambat ia harus sudah masuk hotel pukul 22.00 WIB. Namun, Jokowi rupanya memilih untuk tak mematuhi perintah Mega daripada harus mengecewakan relawannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement