Kamis 08 May 2014 17:22 WIB

Film Animasi Indonesia Butuh Panggung

Rep: Nur Aini/ Red: Yudha Manggala P Putra
Film animasi Sahabat Pemberani.
Foto: plus.google.com
Film animasi Sahabat Pemberani.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Film animasi karya anak bangsa mulai bermunculan dan mendapat apresiasi di tingkat dunia. Namun, film animasi tersebut dinilai masih butuh panggung untuk tampil di negeri sendiri sehingga bisa menjangkau level internasional.

Direktur Kreatif Hello Motion Inc, Wahyu Aditya mengungkapkan Indonesia sudah memiliki kekayaan warga yang berbakat dalam bidang seni. Nenek moyang Indonesia dinilai merupakan seniman unggul yang mampu membuat karya besar seperti Candi Borobudur dan Prambanan. Sayangnya, modal tersebut dilemahkan oleh sistem pendidikan yang tidak membebaskan kreativitas. "Kita menjadi tidak pede, sehingga yang kita butuhkan adalah panggung untuk mengekspose karya kita ke lokal maupun dunia," ujarnya seusai seminar Animasi Dalam Industri Kreatif di Kampus Amikom Yogyakarta, Kamis (8/5).

Bahasa visual yang menjadi bagian penting dalam film animasi dinilai masih luput dari pendidikan Indonesia. Aditya menilai pendidikan Indonesia masih dibiasakan untuk menghafal. "Bahasa visual tidak dipelajari secara formal, buat saya, pemerintah harus mulai berpikir ke arah sana," ungkap penggagas festival film animasi Indonesia, Hellofest tersebut.

Sejumlah film animasi Indonesia sudah mendapat pengakuan di dunia internasional. Salah satunya film animasi buatan Amikom Yogyakarta, Battle of Surabaya. Film animasi tersebut, kata Aditya harus didukung dan dipromosikan. "Kita harus lebih banyak memperbincangkan karya lokal ke masyarakat," ujarnya.

Dukungan terhadap film animasi Indonesia dinilai perlu terus dilakukan. Dukungan melalui promosi dapat dilakukan melalui festival. Melalui festival, karya anak bangsa akan mulai diperbincangkan sehingga memunculkan lebih banyak karya. Saat ini, Adistya menilai belum banyak orang Indonesia yang mau nekat membuat karya film animasi dengan waktu pembuatan lama.

Karya anak bangsa, lanjut Aditya, bisa dipasarkan dengan nilai yang tinggi. Dengan berjualan konten animasi, Indonesia dapat mencontoh Jepang yang setiap tahun mendapatkan Rp1025 triliun. "Kita bukan jual animasi tetapi konten dari gagasan yang banyak diperbincangkan," terangnya. Aditya mencontohkan konten Pokemon bisa terjual hingga Rp150 triliun dari sejak peluncuran melalui produk film hingga pernak-pernik (merchandise).

Sementara itu, Ketua STMIK Amikom, M. Suyanto mengungkapkan cuplikan film animasi Battle of Surabaya sudah mendapat pengakuan internasional. Baru-baru ini, cuplikan tersebut menjadi nominasi dalam Golden Trailer. "Kami menjadi nominator bersama film animasi yang sudah laku hingga Rp1 triliun lebih, sehingga masuk nominator saja sudah luar biasa," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement