REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak 10 panggung hiburan dengan cerita dan tema berbeda memeriahkan festival Malang Tempo Doeloe yang digelar di sepanjang Jalan Basuki Rahmad (Kayutangan) hingga kawasan Alun-alun Merdeka, Jumat malam.
Konseptor Malang Tempo Doeloe Dwi Cahyono mengemukakan gelaran Malang Tempo Doeloe tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya diselenggarakan di sepanjang Jalan Ijen selama empat hari tanpa penerangan modern (listrik).
"Tahun ini yang bersamaan dengan satu abad Kota Malang konsepnya memang kami buat berbeda. Tahun ini, acara puncaknya kami buat 10 panggung hiburan dengan tema yang berbeda, seperti panggung ludruk, panggung wayang orang, panggung wayang kulit hingga band modern," katanya.
Selain ada 10 panggung hiburan, di sepanjang Jalan Basuki Rahmad tersebut juga dilengkapi dengan foto-foto bentuk gedung lama berukuran "raksasa" yang dipasang di depan gedung yang ada saat ini, sehingga akan terlihat perbedaannya selama perkembangan satu abad.
Sejumlah foto berukuran raksasa itu di antaranya adalah Gedung Teather (bioskop) Merdeka, Rajaballi, Gereja Kayutangan, Toko Oen, Sarinah Plaza, Bank Indonesia, Alun-alun Merdeka dan sejumlah gedung yang saat ini menjadi pusat perdagangan.
Panggung hiburan yang digelar di kawasan Kayutangan hingga Alun-alun Merdeka tersebut hanya berlangsung satu hari (semalam). Namun, yang mengisi panggung hiburan tersebut dari sekitar 100 komunitas seni di Kota Malang, seperti festival film tahun 70-an, drama, dolanan pada zaman penjajahan Belanda-Jepang.
Sedangkan pemasangan foto-foto bangunan kuno dengan ukuran raksasa akan dipasang mulai akhir April hingga Mei. Selain foto-foto bangunan kuno, jalan-jalan protokol juga dipasang dengan nama jalan pada masa penjajahan Belanda.
"Ada 100 titik jalan yang kami pasang nama jalan yang sekarang dengan nama jalan pada masa lalu di bawahnya. Cara ini untuk mengingatkan masyarakat akan sejarah dan kejayaan masa lalu wilayah Malang," ujarnya.
Di sepanjang Jalan Basuki Rahmad atau yang dikenal dengan Kayutangan pada masa lalu, sejak sore sudah dipadati warga yang ingin menikmati sajian berbagai hiburan dengan tema tempo doeloe, bahkan sebagian makanan yang dijual pun juga bernuansa masa lalu.
Salah seorang pengunjung Arianti menilai gelaran Malang Tempo Doeloe tahun ini tidak sesemarak dua tahun lalu yang digelar di sepanjang Jalan Ijen dengan konsep benar-benar masa lalu karena tempat berjualan menggunakan atapnya menggunakan jerami dan penerangannya pun juga lampu teplok.
"Kalau dulu seru sekali, apalagi kalau datang berombongan dengan teman-teman, bisa memilih berbagai jenis makanan maupun benda-benda tempo dulu. Tapi sekarang, hanya satu malam dan tidak bervariasi," kata Arin.
Gelaran Malang Tempo Doeloe tahun lalu sempat absen karena bersamaan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) Kota Malang.