REPUBLIKA.CO.ID,
Ia menjelaskan, dibutuhkan otorisasi politik dari Pemerintah Indonesia (eksekutif) dan DPR RI untuk melaksanakan beberapa rekomendasi demi kelangsungan sarana pendidikan bagi anak-anak TKI ini.
''Bolehlah orang tua mereka menjadi pencungkil sawit, tapi tidak anak-anaknya. Mereka berhak atas masa depan yang lebih baik,'' jelas Dwiki mengingatkan.
''Insya Allah bila saya terpilih menjadi angota DPR RI, selain memperjuangkan masalah Ketahanan Budaya Bangsa , saya ingin memperjuangkan masalah pendidikan, yang kalau untuk di Luar negeri utamanya pendidikan anak-anak TKI ini.''
Dwiki mengaku haru menyaksikan kehidupan para TKI di luar negeri. ''Saya sangat trenyuh dan sedih ketika melakukan dialog dengan para TKI, mereka berpikir seolah–olah hidup mereka selamanya dicurahkan menjadi TKI di negeri seberang.''
Dwiki mengungkapkan, ke depan bila ada kesempatan ia ingin terlibat melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai TKI. ''Menjadi TKI bukan untuk selamanya,'' jelasnya menegaskan.
Dalam kunjungannya ke Sabah, Dwiki dengan menggunakan Speed Boat, sempat mengunjungi Nunukan dan Sebatik yang menurut hematnya bagus untuk dijadikan lokasi pendidikan bagi anak-anak TKI di Sabah.
''Selain meringankan dari sisi pembiayaan dibanding jika mendirikan lokasi pendidikannya di Sabah, Malaysia, juga untuk menanamkan nasionalisme dan kecintaannya pada Tanah Air. Selain itu tentu akan dapat menggerakkan roda perekonomian pada daerah.''
Dwiki juga mengusulkan, setelah lulus SMA, anak-anak TKI ini nantinya bisa mendapatkan Bea Siswa untuk melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi.
''Kita tak pernah tahu, orang tua mereka bolehlah sekarang menjadi TKI, tetapi anak-anaknya suatu saat ada yang bisa jadi seniman, birokrat, bupati, pengusaha, bahkan mungkin menjadi menteri dan presiden! Wallahuallam,'' paparnya.
Menjelang kembali ke Jakarta, Dwiki dan rombongan singgah kembali di Tarakan dan sempat mengunjungi Mangrove yang masih menjadi habitat bagi sekitar 32 ekor Bekantan, di Tarakan.
Setelah itu, Dwiki, Ita Purnamasari dan rombongan sempat menikmati makan siang Kepiting Kenari, Khas Tarakan sebelum bertolak kembali ke Jakarta.
''Perjalanan ini sungguh menarik. Bukan hanya mengesankan, tetapi juga menguatkan tekad ke depan untuk dapat ikut memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak bangsa yang orang tuanya menjadi TKI di pedalaman Sabah,'' ungkapnya penuh semanggat.