Kamis 27 Mar 2014 12:40 WIB

Menparekraf Apresiasi Pengaplikasian Songket Dalam Gaya Modern

Ghea Panggabean (kiri), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu (dua dari kiri) saat menghadiri pameran
Foto: Puskompublik Kemenparekraf
Ghea Panggabean (kiri), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu (dua dari kiri) saat menghadiri pameran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengapresiasi para pelaku ekonomi kreatif di Indonesia yang terus menggali potensi kearifan lokal dalam pengembangan budaya kreatif. Salah satunya yang dilakukan desainer senior Indonesia, Ghea Panggabean. 

Di karya terbarunya, Ghea mengombinasikan kain Songket khas Palembang dalam koleksi piranti saji modern (tableware). 

"Saya tentu sangat bahagia melihat hasil karya kreatif seperti ini. Ini adalah bukti nyata bahwa Indonesia luar biasa kreatifitasnya," ujar Mari Elka Pangestu saat membuka pameran koleksi terbaru Ghea Panggabean bertajuk "Treasure of Sriwijaya", Rabu (26/3), di Alun-Alun Grand Indonesia, Jakarta. 

Mari menilai, Ghea berhasil mengaplikasikan kain songket ke medium porselen yang tertata indah di atas meja makan. Hal ini menunjukkan bahwa kreatifitas terus berkembang dan dapat meningkatkan nilai kekayaan budaya Indonesia. 

"Kalau dibilang ada pergeseran makna saya kira tidak. Karena kita tetap dapat melihat aslinya (kearifan lokal), dimana semua itu ada makna dan cerita. Justru ini meningkatkan warisan budaya kita," ujar Mari. 

Kain songket kerap disebut sebagai "Ratu dari Kain Tenun Tangan". Hal ini karena songket dibuat menggunakan kain khusus dan ditenun dari benang sutera atau katun dan diberi motif yang cukup rumit menggunakan benang-benang emas atau perak. Benang metalik tersebut timbul secara kontras di atas kain latar, menciptakan efek kilau yang luar biasa indah. 

Menenun sehelai kain songket juga merupakan kerja keras yang memerlukan ketelitian tinggi. Pembuatan kain ini juga semakin sulit karena dibutuhkan daya ingat dari penenun untuk menyimpan pola-pola rumit di kepala mereka, lalu dibuat hanya dengan menggunakan peralatan tenun tangan tradisional sederhana. 

Cara kerja ini diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan budaya tak benda. 

"Hal ini yang membuat saya terinspirasi kain warisan nenek moyang selama 35 tahun. Saya selalu mencoba mengombinasikan kekayaan lokal dengan gaya modern. Art meet Fashion dan sekarang art meet tableware. Semua itu dikolaborasikan jadi satu," ujar Ghea Panggabean di kesempatan yang sama. 

Pemilihan kain songket Palembang, dikatakan Ghea, karena Palembang dikenal sebagai daerah yang menghasilkan songket terbaik dibanding daerah lain. 

"Tema yang saya angkat adalah 'The Treasure of Sriwijaya', keindahan warisan budaya sriwijaya yang penuh kemilauan keemasan, yang saya tuangkan dalam piranti saji," ujar Ghea. 

Tidak hanya koleksi piranti saji, di kesempatan itu Ghea juga memperkenalkan koleksi terbarunya yang ditujukan untuk anak-anak. "Misi saya adalah agar kita bisa mengingat warisan budaya kita yang sangat luas," ujar Ghea. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement