REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi
MUI mendorong dai bersertifikat sebagai tolok ukur kemampuan.
JAKARTA — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr Din Syamsuddin menyatakan akan fokus pada pengembangan ekonomi dan dakwah. Dua program ini merupakan amanat musyawarah nasional pada 2010.
Komisi-komisi di MUI sudah menjalankannya. “Kini, tinggal mempertajam dan mempercepatnya,” kata Din seusai rapat pleno MUI, Selasa (4/3).
Rapat tersebut mengesahkan dirinya sebagai ketua umum MUI, menggantikan KH Sahal Mahfudz yang wafat pada 24 Januari 2014.
Menurut Din, pemberdayaan ekonomi digalang bersama ormas-ormas Islam. Caranya dengan memperkuat lembaga keuangan syariah yang sudah ada bisa berkembang. Ia menginginkan lembaga keuangan syariah punya efek ke pengusaha kecil di daerah.
Termasuk, mengembangkan pusat inkubasi bisnis daerah. Din berharap ekonomi dan pengusaha Islam bangkit. Dengan demikian, mereka mampu bersaing dengan pengusaha lain. Ia pun menekankan agar ulama mempunyai peran semakin besar.
Ia merujuk pada soal sertifikasi halal makanan. Di Malaysia, Singapura, dan Thailand, soal kehalalan diserahkan kewenangannya kepada para ulama. Selain ekonomi, ia memandang dakwah merupakan hal yang sangat penting sebagai upaya menjaga akhlak.
Dalam jangka panjang, harus ada strategi kebudayaan lewat dakwah dan budaya. Ia mengakui, dai-dai yang ada saat ini telah berperan menyebarkan Islam ke masyarakat. Termasuk, di media televisi yang menjangkau umat atau pemuda yang malas datang ke masjid.
Ada tuntutan agar dai di televisi tampil menghibur, kata Din, membuat mereka mudah terjebak menampilkan tontonan daripada tuntunan.
“Namun, secara umum, mereka sudah tampil baik dan bermanfaat. Kalau ada yang melakukan kesalahan, ini yang perlu diperbaiki.”
Wakil Sekjen MUI Amirsyah Tambunan mengatakan, MUI berencana melakukan pelatihan dai yang kedua. Pelatihan ini juga melibatkan dai yang biasa tampil di televisi. Ia sebut program ini Training for Trainer (TOT).
Semoga, kata Amirsyah, kegiatan ini mampu menghasilkan trainer untuk melatih dai atau muballigh lainnya. “Ini memang bertujuan untuk melihat kompetensi dan kualifikasi para dai,” kata dia. Kompetensi yang dilihat adalah substansi materi dan metode dakwah.
Secara khusus, akan ada peserta dari praktisi media dan ini sedang disiapkan. Merupakan usul baik jika media meminta rekomendasi ulama sebelum menampilkan dai di televisi. Menurut dia, ini terkait munculnya dai bermasalah.
“Dakwah itu edukasi. Kalau banyak hiburan, malah jadi lelucon,” ujar Amirsyah. Peserta yang lulus TOT akan memperoleh sertifikat dan kembali ke daerah untuk membantu meningkatkan kemampuan dai di daerah masing-masing.
Sertifikasi memang sekarang menjadi tuntutan untuk mengukur kemampuan dai. TOT akan digelar pada Maret dan berlangsung selama sepekan dengan melibatkan 200 hingga 300 peserta dari berbagai latar belakang berbeda.
Menurut Amirsyah, dalam menjalankan program pelatihan ini, MUI bekerja sama dengan Pusat Dakwah dan Pendidikan Akhlak Bangsa (PDPAB).