Sabtu 01 Mar 2014 18:46 WIB

Baju Khas Asmat dan Guci Dinasti Ching di BBJ

  Koleksi keramik pada pameran di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (27/2). (foto : Raisan Al Farisi)
Koleksi keramik pada pameran di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (27/2). (foto : Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan guci berbagai ukuran tersebar di setiap sudut ruang pameran. Dihasilkan dari dinasti Ming dan Ching, serta beberapa Guci dari negara Thailand. Guci-guci antik ini terlihat bersih dan sangat terawat. Sedangkan disekeliling dinding ruangan tertutup ukiran-ukiran kayu khas suku Asmat Papua.

Dua ruangan yang berdekatan menampilkan semua karya bersejarah ini. Saat memasuki ruangan utama, kita langsung disuguhkan dua buah piring dari dinasti Ching abad ke-19. Berdasar warna putih, bermotif bunga berwarna biru, kemegahan terasa dalam piring porselin itu, seakan membawa ke dalam situasi kerajaan bangsa China.

Selain mepertontonkan guci nan cantik. Pameran ini pun memamerkan ukiran dan benda bersejarah lainnya dari suku Asmat Papua. Terlihat ukiran-ukiran patung kayu, yang menggambarkan leluhur mereka tertata rapi di sela-sela jalan. Patung kayu, tombak lengkap dengan perisai Asmat, piring makan, sampai kayu pemukul untuk sagu bisa kita nikmati dipameran ini.

Dalam pameran kolek BBJ saat ini, terdapat benda bersejarah yang sangat unik. Hampir menyerupai orang-orangan sawah untuk menakuti burung. Benda bersejarah ini mampu memikat perhatian pengunjung untuk mendatanginya. Benda tersebut adalah sebuah baju khas suku Asmat.

Terbuat dari benang tambang kecil yang diliit, rajutan baju ini dibuat menutupi lutut sampai ke atas kepala dan juga menutupi sebagian wajah. Di bagian tangan, rumput kering dan daun pandan dipakai sebagai bahan utama. Selain itu tanduk rusa pun menjadi salah satu ornamen yang terdapat dalam baju ini.

Konon dalam sejarahnya, baju ini dipakai oleh seorang dukun suku Asmat. Baju ini digunakan bila saat sedang melakukan perayaan adat.

Selain Guci dan peninggalan suku Asmat. Dalam acara ini dipamerkan juga beberapa benda antik dari berbagi pelosok Indonesia. Beberapa kendi dari daerah Jawa Timur dan Singkalang Kalimantan Timur. Terdapat juga beberapa celengan berbentuk babi yang diambil dari kawasan Trowulan Jawa Timur.

Sedikit berbeda dengan ruangan utama. Ruangan kedua dalam pameran ini menampilkan barang antik yang lebih sedikit. Namun terdapat hal yang mencengangkan. Dua buah gentong raksasa dipamerkan di ruangan ini. Salah satunya mempunyai tinggi 116 cm dan berdiamater 102 cm, gentong dari Dinasti Ching abad ke-19 ini, tepat berada di tengah ruangan dan mampu membuat masyarakat terkagum-kagum atas karya seniman tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement