REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peggy Melati Sukma mengaku memiliki ikatan kuat dengan buku. Sejak kecil, ia didik dalam budaya belajar dan membaca.
Lahir dari keluarga sederhana, uang jajannya ditabung ibunya agar setahun sekali dapat membeli buku di pameran.
Orang tuanya memberi perangkat yang membuatnya selalu belajar, salah satunya buku. ''Buku selalu menjadi hadiah terindah yang saya terima,'' ujarnya.
Dalam usia empat tahun, Peggy sudah lancar membaca. Buku setebal 300-400 halaman sudah biasa dibacanya pada usia tujuh tahun.
Buku pula yang mengonstruksi dan merekonstruksi hidupnya. Banyak ayat Alquran yang ia perhatikan memiliki keterkaitan antara kekuasaan Allah SWT dengan hamba yang mau berpikir. Berpikir itu, kata Peggy, bisa dengan berbuat, melihat, mendengar, termasuk menulis.
Delapan bulan terakhir ini, wanita yang sangat mengagumi kemahiran Rasulullah SAW dalam strategi komunikasi ini juga akhirnya menulis sejumlah buku.
Buku pertama berisi tentang inspirasinya mulai berhijab dan hijab fashion. Buku kedua berisi tentang syair kerinduannya kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Buku ketiga yang akan diluncurkan dalam Islamic Book Fair Maret berkisah tentang memoar perjalanan spiritualnya.
''Jadi, saya mengajak siapa pun yang membaca buku saya untuk bertafakur meski genrenya berbeda-beda,'' ungkap Peggy.