Kamis 23 Jan 2014 17:21 WIB

Tan Malaka Dinilai Pejuang Tanpa Pamrih

Tan Malaka
Tan Malaka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti asal Belanda Harry Poeze menilai Tan Malaka sebagai tokoh politik dan pejuang tanpa pamrih yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan gagasan anti-kooperatif dengan penjajah.

"Tan Malaka contoh tokoh politik Indonesia tanpa pamrih dalam berjuang. Dibandingkan tokoh politik saat ini sangat berlainan," kata Harry dalam bedah buku berjudul "Tan Malaka, Gerakan Kiri dan Revolusi Jilid 4" di Jakarta, Kamis.

Harry yang meneliti Tan Malaka selama 30 tahun menilai sosok pejuang asal Sumatera Barat itu 100 persen mengabdikan dirinya untuk perjuangan rakyat Indonesia.

Gagasan merdeka 100 persen menurut dia, yang seringkali dinilai beberapa kalangan tidak mau kompromostis.

"Situasi seperti itu sama sekali berbeda dengan hari ini dan merupakan perbedaan besar," ujarnya.

Harry menilai peranan Tan Malaka dalam revolusi Indonesia belum diberi gambaran tepat di beberapa referensi. Karena itu dia mengatakan, dirinya menulis mengenai pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 yang hingga saat ini tidak diriwayatkan dengan benar.

"Buku jilid ke empat ini menjelaskan perjalanan Tan Malaka dari September 1948 hingga Desember 1949," ujarnya.

Dia menjelaskan, dalam bukunya itu diungkapkan mengenai kematian Tan Malaka yang ditembak atas perintah Kolonel Satu Sukotjo.

Rahasia kematian Tan Malaka itu menurut dia bertahan hingga tahun 1990 dan saat itu dirinya mendapat info bahwa Sukotjo bertanggung jawab atas penembakan Tan Malaka.

"Buku ini saya tulis siapa yang bertanggung jawab atas penembakan Tan Malaka hingga tewas, kapan dan tanggalnya. Namun belum bisa diidentifikasi kapan Tan Malaka dikuburkan," katanya.

Dia mengatakan dalam penelitian itu dirinya menemukan makam Tan Malaka di daerah Selopanggung, Kediri. Namun menurut dia diperlukan tes DNA untuk memastikan kebenaran makam tersebut.

Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Asvi Warman Adam mengatakan, gagasan Tan Malaka tetap relevan untuk menjawab ancaman dan tantangan saat ini.

Dia menyarankan agar tulang belulang Tan Malaka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Hal itu menurut dia sebagai bentuk pengakuan negara atas kepahlawanan Tan Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Seharusnya Kementerian Sosial untuk ambil alih dengan pemindahan makam Tan Malaka ke Kalibata. Di Kediri bisa dibangun monumen," ujarnya.

Pemimpin Redaksi Majalah Historia Bonnie Triyana menilai sosok Tan Malaka sebagai legenda dan mitos bagi para tokoh bangsa pada zaman kemerdekaan. Hal itu menurut dia karena Tan Malaka dikenal melalui karya-karyanya namun tidak pernah hadir.

"Tan Malaka lama di luar negeri dan baru kembali tahun 1942," ujarnya.

Bonnie meyakini bahwa Tan Malaka keluar penjara tahun 1948 karena Mohammad Hatta memiliki kepentingan untuk menghadang kekuatan Musso yang sedang bangkit dengan kekuatan PKI-nya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement