REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sempat terancam bubar, pentolan grup band Slank Bimbim akhirnya mengajak Abdee dan Ivanka bergabung mengisi kekosongan. Di format ke-14 inilah petualang rock and roll Slank dimulai.
Di puncak karier bermusik Slank lewat album Tujuh, ketergantungan Kaka dan Ivan akan narkoba semakin kuat. Narkoba seakan menjadi dunia lain dari keduanya selain musik. Disaat itu juga narkoba menjadi boomerang bagi mereka.
Beruntung Slank punya Bunda Iffet yang tak pernah lepas dari mereka. Bersama Abdee dan Ridho, dua personel yang tidak menggunakan narkoba, bunda Iffet berusaha melepas jerat narkoba.
Lantas bagaimana perjuangan mereka melawan narkoba?
Cerita bangkitnya grup band Slank ini tertuang dalam film "Slank Nggak Ada Matinya".
Film yang dirilis pada (24/12) mendatang ini, menurut sang penggebuk drum, Bimbim, sengaja tidak menonjolkan cerita Slank dalam bermusik. Slank, lanjutnya, ingin film besutan sutradara Fajar Bustomi ini menjadi film yang inspiratif untuk masyarakat umum.
"Ini benar-benar tentang solidaritas Slank, bagaimana peran ibu, gimana fight-nya Bimbim sama Kaka melawan narkoba," kata dia di peluncuran film "Slank Nggak Ada Matinya", Rabu (18/12).
Uniknya, masing-masing personel ikut terjun meramaikan film yang justru membuat cerita lucu tiap mereka berakting.
"Karena biar gimana pun ini cerita Slank, untuk menghilangkan dahaga kita masuk," tambah Bimbim