REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, mengapresiasi capaian film Sang Kiai yang dinobatkan sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2013. Anugerah tersebut sekaligus dinilai sebagai pengakuan atas sejarah yang sempat dilupakan.
"Sebagai warga NU, sebagai Ketua Umum PBNU, jelas saya ikut bangga atas ditetapkannya film Sang Kiai sebagai film terbaik Indonesia 2013," ungkap Kiai Said di Jakarta, Senin (9/12).
Selain ditetapkan sebagai film terbaik, di FFI 2013 film ‘Sang Kiai’ yang menggambarkan perjuangan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari dalam merebut kemerdekaan Indonesia, juga menggondol tiga penghargaan lainnya, yaitu sutradara terbaik, aktor pendukung terbaik, dan penataan suara terbaik.
‘Sang Kiai’ berhasil mengungguli film-film lainnya, seperti Habibie dan Ainun, serta Laura dan Marsha.
“Memang layak jika Sang Kiai mendapatkan banyak penghargaan. Filmnya digarap berbulan-bulan, mampu menampilkan sisi-sisi lain Mbah Hasyim (sapaan KH Hasyim Asy’ari, red), Tebuireng, dan tokoh-tokoh lain di dalamnya, yang sebelumnya tidak banyak diketahui masyarakat umum,” ulas Kiai Said.
Tak hanya di sisi kualitas, cerita yang disajikan di ‘Sang Kiai’ juga dinilai oleh Kiai Said layak untuk akhirnya dianugerahi sebagai film terbaik.
“Di film itu Mbah Hasyim dan Wachid Hasyim menegaskan jika agama dan nasionalisme adalah dua hal yang tak terpisahkan, tapi sebaliknya saling menguatkan. Film itu juga menunjukkan jika Mbah Hasyim tidak hanya berjuang melalui syiar, tapi juga fisik melalui penjara oleh Jepang, yang itu sempat dilupakan di zaman Orde Baru,” pungkasnya.
Kiai Said berharap di waktu mendatang akan kembali muncul film-film lain yang menggambarkan perjuangan warga NU dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia.