Jumat 29 Nov 2013 00:57 WIB

Mengenang Mahbub Djunaidi

Rep: syahuddin el-fikri/ Red: Damanhuri Zuhri
PMII
PMII

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mahbub Djunaidi dikenal sebagai salah satu tokoh pers nasional. ia telah berkecimpung sejak masa Orde Lama hingga Orde Baru.

Mahbub, dikenal sebagai tokoh pers yang dekat dengan Bung Karno. Hal itu disebabkan, Presiden pertama RI itu sangat mengagumi tulisan-tulisannya.

Dalam rangka mengenang kembali Mahbub Djunaidi, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) menggelar Simposium Pemikiran Mahbub Djunaidi dan Pendidikan Jurnalisme Pergerakan, bertempat di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (28/11).

Hadir sebagai narasumber, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Pendiri PMII KH Chalid Mawardi, anggota BPK Ali Masykur Musa, dan putra Mahbub Djunaidi, Isfandiary Mahbub Djunaidi. Acara dihadiri 100 peserta dan kader PMII dari berbagai daerah.

KH Said mengakui, sangat mengagumi pemikiran dan gaya tulisan Mahbub Djunaidi. Walau dirinya tak mengenal secara langsung karena banyak sekolah di luar negeri, namun Kyai Said mengaku bangga dengan mantan ketua umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu.

“Gaya tulisan dan pemikirannya sangat menginspirasi. Harapan saya, generasi muda masa kini bisa meneladani dan mengambil manfaat dari pemikiran Mahbub Djunaidi,” ujar Kyai Said.

Hal senada disampaikan Ali Masykur Musa. Menurut Ali, Mahbub Djunaidi tak hanya dikenal sebagai tokoh pers nasional, dia juga merupakan seorang sastrawan Indonesia.

Ali menambahkan, pendiri dan ketua umum PB PMII selama tiga periode itu, sangat teguh memegang prinsip. Ia juga pandai menjaga jarak dengan dunia luar. Apalagi ketika dirinya semakin dekat dengan Presiden Sukarno.

"Mahbub sangat disegani pada masa transisi Orde Lama dan Orde Baru. Ia mengambil jalan sebagai wartawan karena melalui media ia yakin bisa menyuarakan aspirasi masyarakat secara lebih luas,” terang Ali.

Teman seperjuangan Mahbub Djunaidi, KH Chalid Mawardi mengungkapkan, dirinya sangat terkesan akan kebersahajaan pria kelahiran Bukittinggi, 27 Juli 1933 itu.

“Walau memiliki kedekatan dengan Bung Karno, tapi ia tidak pernah kehilangan daya kritisnya,” kata Chalid Mawardi.

Ia menambahkan, Mahbub Djunaidi juga sering mengkritik Pemerintah Soeharto. Tak jarang, akibat gerak-geriknya ia sering dimata-matai pemerintahan Orde Baru. “Mahbub pernah mengkritik Soeharto sebagai jenderal yang arogan,” ungkapnya.

Ketua Panitia Simposium Pemikiran Mahbub Djunaidi, A Malik Mughni mengatakan, simposium ini digelar untuk meneladani pemikiran salah satu tokoh pers nasional itu.

Melalui simposium ini, kata dia, diharapkan membuat kader-kader PMII bisa mengambil pelajaran akan pemikiran sang tokoh.

“Jejak langkah, karir, pemikiran dan pengetahuan Mahbub Djunaidi akan terus menjadi acuan dan pedoman banyak orang untuk memperbaiki negeri ini ke arah yang lebih baik,” harap Malik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement