Senin 04 Nov 2013 03:00 WIB

Opera Batak Sukses Pukau Masyarakat Jerman

Sejumlah seniman saat mementaskan opera batak yang berjudul
Foto: Antara/Agus Apriyanto
Sejumlah seniman saat mementaskan opera batak yang berjudul "Raja Sisingamangaraja XII" di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (6/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Opera Batak yang dimainkan oleh tim Pusat Latihan Opera Batak dengan judul "Perempuan di Tepi Danau" berhasil memukau ratusan penonton di Museum Etnologis di Kota Koln, Jerman, Sabtu (2/11).

"Judul itu adalah suatu legenda berumur ratusan tahun di tengah masyarakat Danau Toba yang mengisahkan tentang asal muasal Danau Toba dan Pulau Samosir," kata Konsul Jenderal RI di Franfkurt Damos Agusman melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Ahad.

Dalam kreasi Lena Simanjuntak sebagai sutradara, cerita ini juga dikemas dalam bahasa Jerman sehingga pesan-pesan moral di dalam pertunjukan ini, yang sarat dengan tema perlindungan lingkungan Danau Toba berhasil menyentuh hati para penonton di Jerman.

Konsul Jenderal RI di Franfkurt yang turut aktif memprakarsai acara itu menyatakan bahwa kebudayaan tradisional Indonesia merupakan aset bangsa yang memiliki nilai jual yang tinggi di tengah masyarakat Jerman.

"Kita sengaja menggelar opera Batak di Museum Etnologis Koln yang sangat terkenal di Jerman ini untuk menarik perhatian masyarakat pencinta etnologis dan merangsang mereka untuk berkunjung ke Indonesia serta melihat langsung kekayaan etnis Indonesia" katanya.

Pertunjukan opera itu merupakan salah satu dari rangkaian acara besar "Batak Tag" (Hari Batak) yang diselenggarakan oleh persahabatan Jerman-Indonesia Koln (Deutsch-Indonesische Gessellschaft/DIG) dengan dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan KJRI Frankfurt.

Ketua DIG, Karl Mertes, menyatakan bahwa selain pertunjukan Opera, hari Batak ini juga diisi oleh ceramah dan seminar oleh para pakar dari Jerman yang secara khusus mendalami kebudayaan Batak, serta penjualan produk-produk budaya Batak oleh masyarakat Batak yang berdiam di Jerman.

Tampak salah satu penceramah adalah Profesor Bernhard Dahm, Guru Besar Universitas Passau Jerman, yang pernah menulis buku tentang Soekarno pada tahun 1970.

Batak Tag ini juga merupakan upaya komunitas Batak di Jerman dan sekitarnya untuk membantu mengkampanyekan agar danau Toba diterima sebagai geopark internasional, tari Tortor diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO, memperkaya hubungan diplomatik Jerman dan Indonesia, peningkatan hubungan antar budaya, serta memperkokoh soliditas Batak Diaspora di Jerman dan sekitarnya.

Kegiatan Batak Tag ini sempat mengejutkan para pengunjung yang memadati museum karena diawali dengan semaraknya tarian tor tor oleh barisan masyarakat Indonesia di Jerman dengan pakaian tradisional Batak yang dikenakan tidak hanya oleh orang-orang Batak, tetapi oleh orang-orang Jerman pencinta Batak yang tergabung dalam komunitas Batak Diaspora.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement