Rabu 26 Jun 2013 00:30 WIB

Manusia di Zaman Modern Lebih Gampang Marah?

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
marah
marah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehidupan modern mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia, namun di sisi lain juga membuat manusia jadi pemarah.

Dr Sandi Mann, pengajar psikologi di University of Central Lancashire mengatakan agresifitas yang dulu kita perlukan untuk bertahan hidup dapat 'salah sasaran' ketika tidak mempunyai saluran yang tepat.

Hal ini membuat manusia bersifat menyerang dan marah atas peristiwa yang relatif tidak penting dan sepele, misalnya menunggu dokter, kerusakan komputer dan kemacetan lalu lintas.

Mann menulis dalam Reader's Digest edisi Juli, kemarahan dituangkan pada gangguan sepele. Ia melanjutkan, gaya hidup manusia yang nyaman telah memanjakan kita dan mendorong harapan kita ke titik di mana sesuatu yang jauh dari sempurna menyebabkan manusia bertindak seperti anak yang merajuk.

Energi dan dorongan yang awalnya fokus pada kebutuhan bertahan hidup, misalnya makanan dan tempat tinggal telah menjadi tidak fokus dan menjadi kebutuhan sekunder di abad ke-21, demikian seperti dikutip The Telegraph. Hal ini karena sebagian besar meninggalkan motivasi bertahan hidup tanpa outlet yang sesuai.

Manusia berevolusi menjadi marah dalam situasi tertentu karena emosi memotivasi kita untuk menginginkan sesuatu. Kemarahan memainkan fungsi penting bagi manusia purba yang hidup dalam kelompok sosial, contohnya sebagai peringatan jika perilaku mereka mengganggu yang lain.

Evolusi manusia ini bisa mengakibatkan reaksi kekerasan berlebihan, misalnya saat insiden di jalan atau saat makanan yang dihidangkan di restoran kurang hangat. Mann mengatakan kemarahn ini bisa diatasi. Caranya dengan bertanya pada diri sendiri, "apakah insiden ini mengancam kelangsungan hidup saya?" Jika tidak, kita harus mengekang kemarahan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement