Sabtu 22 Jun 2013 09:32 WIB

Misteri Kota Suku Maya yang Hilang Akhirnya Terungkap

Matahari terbit di belakang kuil Kukulkan di reruntuhan kota suku Maya di Chichen Itza, Meksiko
Foto: AP
Matahari terbit di belakang kuil Kukulkan di reruntuhan kota suku Maya di Chichen Itza, Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY---Para arkeolog telah menemukan kota suku Maya kuno yang tersembunyi selama berabad-abad di hutan hujan di sebelah timur Meksiko, sebuah penemuan di cagar alam terpencil yang diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana peradaban itu musnah sekitar 1.000 tahun yang lalu.

Tim arkeolog yang dipimpin Ivan Sprajc, profesor madya di Akademi Sains dan Seni Slovenia, menemukan 15 piramida, termasuk salah satunya setinggi 23 meter, lapangan-lapangan bola, plasa dan cerobong batu berukir yang disebut 'stelae'.

Para ilmuwan ini menamakan kota tersebut Chactun, yang berarti "Batu Merah" atau "Batu Besar." Sprajc memperkirakan kota itu berpenduduk lebih sedikit dibandingkan kota kuno Maya, Tikal di Guatemala, dengan populasi sekitar 30.000 atau 40.000 orang, meski perkiraan ini harus diteliti lebih lanjut untuk memastikan angkanya.

Chactun sepertinya mengalami puncak kejayaan pada periode Klasik dalam peradaban Maya, antara 600 dan 900 Masehi, ujar Sprajc seperti dilansir situs VOA. Penelitian tim tersebut disetujui oleh Institut Antropologi dan Sejarah Nasional Meksiko dan didanai National Geographic Society serta dua perusahaan Eropa.

Sprajc mengatakan situs tersebut, seluas 22 hektar dan terbentang sepanjang 120 kilometer ke arah barat Cheturnal, merupakan salah satu yang terbesar yang ditemukan di daratan rendah Yukatan. Daerah permukiman terdekat adalah kota kecil Xpujil, sekitar 25 kilometer dari situs tersebut. "Seluruh situs ini tertutup hutan," ujarnya. 

Meski situs ini tidak dikenal komunitas akademik, Sprajc menemukan bukti bahwa ada orang-orang yang telah berkunjung ke situs tersebut sekitar 20 sampai 30 tahun yang lalu, tapi sejak itu tidak ada lagi. "Penebang kayu dan penyadap karet jelas pernah ke sana, karena kami melihat potongan-potongan pada pohon," ujar Sprajc. "Namun mereka tidak pernah memberitahu siapapun."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement