Ahad 31 Mar 2013 03:10 WIB

Sineas Daerah Mulai Termotivasi Bikin Karya

Film independen (Ilustrasi)
Foto: www.indiewire.com
Film independen (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Komunitas Sinema Semarang (KSS) menilai para sineas daerah saat ini sudah mulai termotivasi untuk membuat karya film bermutu seiring menggeliatnya dunia perfilman Indonesia.

"Sekarang sudah mulai banyak festival-festival film indie. Bahkan, cukup banyak film karya sineas daerah yang meraih juara di luar negeri," kata Ketua KSS Agus Priyo Hatmoko di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (30/3).

Menurut dia, perhatian pemerintah terhadap sineas-sineas daerah juga sudah mulai tampak, antara lain dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengapresiasi potensi dan kreativitas para sineas lokal.

Ia mencontohkan upaya yang dilakukan Kemendikbud dengan membagikan seperangkat alat pemutar biora (bioskop rakyat) beserta 20 judul film indie dan nasional pilihan yang bermutu dan berkualitas.

"Dengan fasilitas seperangkat biora itu, kini kami tengah menggiatkan program warung sinema untuk para sineas daerah," kata pria yang juga bertugas di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah itu.

Suatu karya film dinilai bermutu kalau memenuhi kaidah-kaidah sinematografi, kata dia, misalnya dari aspek pengambilan gambar (kamera) dan "lighting", serta karyanya harus mengandung pesan moral bagi masyarakat.

Agus mengakui sekarang ini masih banyak film bertemakan horor dan seks yang menghiasi layar-layar bioskop di Indonesia, tetapi tidak serta merta kesalahan bisa ditimpakan kepada para pembuat film semacam itu.

"Tidak bisa diingkari kalau selera masyarakat juga berpengaruh. Film-film semacam itu ada karena selera masyarakat juga. Apalagi, setiap film tentunya memiliki pangsa pasarnya tersendiri," katanya.

Meski demikian, ia tetap yakin banyak sineas-sineas yang tetap berkomitmen untuk menghasilkan film-film bermutu dan mengandung pesan moral pada masyarakat, termasuk para sineas muda dari daerah.

Merefleksikan Hari Perfilman Indonesia yang diperingati setiap 30 Maret, ia mengajak kalangan sineas lokal untuk berupaya mengubah "image" masyarakat dengan menghadirkan film-film yang bermutu.

"Kami tidak bisa menyalahkan pembuat film horor, seks, dan semacamnya. Apalagi, dari sisi bisnis dan 'entertainment'. Yang harus dilakukan bagaimana mengubah 'image' masyarakat. Ini tantangan," kata Agus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement