REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perfilman Indonesia memasuki masa emas dalam beberapa tahun terakhir. Hasil itu menyusul banyaknya film Indonesia yang menyedot jutaan penonton setiap kali diputar di bioskop.
Selain itu, komunitas perfilman juga semakin banyak bermunculan, baik dari sisi akademis seperti teater ataupun swasta. Wakil Menteri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bidang kebudayan, Wiendu Nuryanti menilai semua itu adalah kemajuan positif.
"Ini artinya, film Indonesia memiliki masa depan yang cerah," kata Wiendu dalam Festival Film Kine Club, Gedung Film, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (28/3).
Wiendu berpendapat perkembangan film selama lima tahun terakhir memiliki 'lompatan' yang sangat signifikan. Menurutnya film merupakan cara yang baik untuk membentuk kepribadian bangsa. "Tidak hanya indah ditonton tapi juga mempunyai visi misi dalam pembentukan karakter," katanya.
Dikatakan Wiendu dunia perfilman merupakan tanggung jawab pemerintah. Sebagai pemegang regulasi dalam Undang Undang perfilman, maka pemerintah berperan untuk mengurus, mengembangkan juga menggali kreatifitas baru dalam memajukan perfilman Indonesia.
"Anggaran untuk ini pun dari tahun ke tahun meningkat sekitar 20 persen," ucapnya.
Dalam memfasilitasi seni perfilman dalam komunitas, baik swasta ataupun komunitas dalam pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan bantuan sosial dengan mengajukan proposal.
Proposal yang tembus akan didanai maksimal Rp 100 juta. Program ini merupakan salah satu cara untuk membangkitkan kreatifitas sineas-sineas perfilman Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam rangka memperingati Hari Film Nasional ke 63 sejak 1950 pada 30 Maret. Turut hadir dalam festival peringatan ini sineas juga tokoh-tokoh perfilman Indonesia seperti Hanung Bramantyo, Slamet Rahardjo, Gatot Brajamusti sebagai Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Adi Surya Abdy sebagai Kepala Sinematek Indonesia, DJonny Syafruddin sebagai ketua Yayasan Pusat Perfilman H Usmar Ismail.