Rabu 27 Mar 2013 15:38 WIB

3.167 Anak Disunat Massal Pecahkan Rekor Muri

MURI (ilustrasi)
Foto: sbelen.wordpress.com
MURI (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SITUBONDO --  Program sunatan massal yang diselenggarakan Pemkab Situbondo, Jatim, Rabu, dengan melibatkan 3.167 anak masuk dalam catatan Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) untuk kategori jumlah terbanyak.

Manajer Senior Muri Paulus Pangka menjelaskan bahwa rekor dari sunatan massal ini merupakan rekor yang ke-5.880 dari Muri. Sebelumnya, Muri mencatat sunatan massal yang dilakukan di Kabupaten Wonosobo pada 20 Juli 2006 dengan jumlah 2.637 anak.

"Untuk Situbondo sendiri kali ini merupakan rekor ketiga di Muri. Pertama adalah rekor makan tajin atau bubur palappa dengan peserta terbanyak, yakni 4.060 orang dan kedua adalah pelayanan KB laki-laki (MOP) terbanyak, yakni 340 akseptor," tuturnya.

Sementara Bupati Situbondo Dadang Wagiarto mengemukakan bahwa pihaknya menggelar kegiatan yang melibatkan 600 lebih tenaga medis tersebut, sebagai upaya untuk menggalang rasa persaudaraan di kalangan masyarakat.

"Kami mengajak semua masyarakat untuk ikut peduli dengan masyarakat lainnya, termasuk dalam urusan sunat ini. Peserta sunatan massal ini adalah anak-anak yang menunda sunat karena orang tuanya tidak memiliki biaya," ujarnya.

Karena itu sebetulnya peserta yang hendak mengikuti sunatan massal kali ini lebih banyak dari yang ditangani. Namun karena kekurangan tenaga dan biaya, maka pihaknya menunda anak-anak itu untuk disunat di lain waktu.

"Kalau masalah disunat saja sebetulnya mereka yang ditolak itu bisa dilayani, tapi kan mereka juga diberi bingkisan. Kalau ada yang tidak diberi bingkisan nanti terkesan pilih kasih. Karena itu keinginan mereka kami tunda dulu di lain waktu," tukasnya.

Ia mengemukakan bahwa program yang diselenggaran di pendopo dan alun-alun tersebut didukung oleh dana sosial perusahaan yang ada di Kabupaten Situbondo.

Suasana sunatan itu berlangsung ramai dan riuh karena banyak anak yang belum disunat menangis ketakutan. Para orang tua terlihat kerepotan menangani anak-anak yang semuanya mengenakan sarung, baju koko dn kopiah putih tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement