REPUBLIKA.CO.ID,PADANGPANJANG -- Akmal Nasery Basral membukukan kisah Buya Hamka lewat novel yang berjudul "Tadarus Cinta Buya Pujangga" yang diluncurkan di Rumah Budaya Fadli Zon Aia Angek, Tanahdatar, Sumbar, Senin.
"Novel ini juga bentuk penghargaan memperingati 110 tahun Buya Hamka," kata Akmal Nasery Basral setelah peluncuran buku karyanya di Rumah Budaya Fadli Zon, Sumbar, Senin.
Dia mengatakan, Buya Hamka adalah pahlawan nasional yang memiliki dua reputasi, ulama dan pujangga besar. Keseharian Buya Hamka patut ditiru oleh masyarakat saat ini.
Apalagi saat ini, kata dia, banyak tokoh yang muncul di media masa dalam menentukan reputasi dan bangsa ini sulit untuk menentukan pemimpin yang ideal, maka dari situasi seperti itu sosok Buya Hamka model ideal sebagai pemimpin. "Ulama kondang seperti Buya Hamka bisa dijadikan inspirasi dalam menentukan pilihan untuk menjadi pemimpin masa depan yang berkualitas," katanya.
Dia mengatakan, Buya Hamka memiliki kisah hidup yang bergejolak semenjak kecil, dengan nama Malik masa kecil yang suka pembolos sekolah dan nakalnya tiada batas, tiba-tiba dewasa menjadi ulama kondang. "Mudah-mudahan para orang tua bisa meniru kisah Buya Hamka ini," katanya berharap.
Kisah hidup yang dinamis sangat banyak hal-hal menarik yang harus dipelajari banyak orang. Ketokohan Buya Hamka menempatkan dia salah satu Pahlawan Nasional. "Buya Hamka seorang anak yang tidak pernah melawan kepada orang tua. Mulai dari kecil kisah hidup yang penuh gejolak tiba-tiba bisa menjadi orang terkenal. Realistis itulah yang bisa dipetik dari cerita buku ini, mudah-mudahan bisa menjadi motivasi bagi kita semua," ujarnya.
Dia menyebutkan, novel "Tadarus Cinta Buya Pujangga" memiliki 380 halaman dengan 12 halaman pengantar yang menceritakan buya Hamka sampai usia 30 tahun.
Dia masa itu belum disebut buya, namun sudah sering menulis dengan dengan nama pena Hamka. Konsep buku dwilogi yang akan disebar ke seluruh wilayah Indonesia.