Senin 18 Feb 2013 20:21 WIB

Potret Elizabeth I yang Keriput & Tergerus Waktu

Lukisan Potret Elizabeth I hasil lukisan Marcus Gheeraerts yang menampakkan kerut
Foto: GUARDIAN
Lukisan Potret Elizabeth I hasil lukisan Marcus Gheeraerts yang menampakkan kerut

REPUBLIKA.CO.ID,  Terungkap lukisan otentik Ratu Elizabet I penuh dengan keriput dan kerutan. Foto ini, seperti yang dilansir oleh Guardian, tak seperti karya resmi lain yang digarap selama hidupnya.

Jadi bila anda berpikir betapa opresifnya pengertian kecantikan saat ini, situasi yang sama juga terjadi di masa lalu. Masa Renaisans menciptakan pengkultusan dan simbol kecantikan wanita dalam prespektif barat dan fantasi yang sepertinya menurun hingga kini.

Mulai dari Venus karya Botticelli hingga Flora hasil sapuan Titian, para seniman besar mendedikasikan kejeniusan dengan menetapkan standar kecantikan yang diluar kenyataan, jauh dari cacar, kemiskinan dan tak tersentuh.

Tidak mengherankan bila minoritas wanita yang memiliki kontrol terhadap citranya memerintahkan pelukis untuk mengabadikan penampilan muda mereka, atau merekayasa wajah yang lebih baik daripada yang mereka miliki.

Potret Isabella d' Este, bangsawan dari Mantua yang dilukis oleh Titian, tergantung di Museum Kunsthistorisches Wina, menunjukkan dirinya dengan kecantikan ala duapuluhan, kulit halus tanpa cela dan minus keriput masa berkembang penuh kemudaan. Kenyataannya, ia berusia 52 tahun ketika dilukis oleh Titian.

Elizabeth I menguasai teritori jauh lebih besar ketimbang Isabela dan ia membuat hukum melarang Inggris menyebarkan potret dirinya yang terlihat 'tak mengenakan' menurut sang ratu. Potret-potret Elizabeth I terkenal sangat fiksi karena selalu menampilkan ikon berkulit seputih mutiara khas kecantikan Renaisans bahkan ketika ia tua.

Alasan itulah yang membuat potret lukisan diri sang ratu yang baru terungkap dari ruang kerja Marcus Gheeraerts begitu luar biasa. Tak salah lagi, potret tersebut menunjukkan Elizabeth yang menua.

Keriputnya yang tak bisa lagi ditutupi dengan riasan wajah, terlihat berat plus garis gelap di kantung matanya. Realitas wajah yang terlibas waktu dan usia melankolis terungkap hampir sama 'brutal'nya dan jujur dengan lukisan ternama Elizabeth II oleh Lucian Freud.

Mahkota berkilau di atas kepala Elizabeth I pada lukisan tahun 1590-an tersebut, kerah renda ekstravaganza dan perhiasan terlihat ironis saat mengitari wajah ratu dengan kesan penuh penderitaan.

Marcus Gheeraerts, seniman yang beberapa kali memproduksi lukisan Ratu, biasanya memberi aspek jauh lebih idealis terhadap wajah Elizabeth I. Seperti dalam Ditchley Portrait ketika ia berdiri di dalam gaun perak di atas peta Inggris Selatan, ia tampak seperti patung besar anggun yang berlawanan dengan langit berbadai. Kisah dalam lukisan mengungkapkan bahwa budaya yang dimiliki Elizabet harus cantik dan penuh keindahan.

Satu lagi contoh lukisan Elizabeth yang terlihat megah yakni potret untuk merayakan kekalahan Armada Spanyol. Lukisan itu menunjukkan kemampuan fundamentalnya dalam menguasai dunia yang saat itu didominasi pria.

Ketika anda melihat potret lukisan Elizabeth lebih dekat, mereka cenderung halus dan putih. Realisme disingkirkan dalam gagasan seni di Inggris oleh Hans Holbein, seniman yang juga melukis Henry VIII, ayah Elizabeth.

Potret diharapkan mirip dengan wajah yang mereka lukis. Ada garis yang bisa dilalui seniman, yakni sanjungan dan fakta. Potret harus membuat senang model yang duduk untuk dilukis--dalam kasus keluarga kerajaan--berarti mempromosikan citra tanpa harus fantastis.

Kode utama foto Elizabeth sebenarnya mengungkapkan kemegahan busana, perhiasan, tata rambut dalam skala glamor. Holbein menyempurnakan trik ini.

Dalam eksplorasi, ketika potret Elizabeth I muncul dengan kerutan, maka seniman dianggap melampau garis yang diperbolehkan. Semua unsur glamor ada di sana, namun si pelukis lebih mendekati realitas daripada mitos yang diminta. Hasilnya bisa jadi lukisan itu dianggap suberversif sehingga disembunyikan. Mungkinkah dulu lukisan ini disimpan secara rahasia di rumah beberapa lord pemberontak?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement