Sabtu 19 Jan 2013 21:48 WIB

Mengenang A Rafiq: A Rafiq dengan Dangdut Melayu Deli

Rep: M Irwan Ariefyanto/ Red: Heri Ruslan
A Rafiq
Foto: wowkeren
A Rafiq

REPUBLIKA.CO.ID, Jika Anda penggemar dangdut tahun 70-an, pasti kenal lagu Pandangan Pertama. Lagu yang sempat dibuatkan filmnya ini melambungkan nama pelantunya, A Rafiq. Dengan gaya bernyanyi keindia-indiaan, penyanyi keturunan Arab ini memang sangat dikenal dan dipuja hingga sekarang. Tak heran kalau namanya disejajarkan dengan penyanyi-penyanyi dangdut legenda sampai saat ini.

Apakah Anda juga kenal dengan M Mashabi? Penggemar dangdut tahun 50-an pasti akan terkenang dengan penyanyi yang sudah almarhum ini. Apalagi beberapa lagunya sampai sekarang masih banyak dibawakan dalam berbagai versi dan masih tetap banyak disukai.

Jika keduanya bersatu, hasilnya pasti akan semakin bagus. Apalagi lagu-lagu M Mashabi ini dibawakan dengan warna musik yang sesuai dengan aslinya (dangdut Melayu Deli) namun disajikan dalam bentuk orchestra dengan aransemen modren.

''Kata orang, sayalah satu-satunya penyanyi yang paling banyak memiliki kesamaan dalam suara dan gaya pembawaan almarhum. Dan saya merasa terpanggil untuk membawakan lagu-lagunya di album terbaru saya, Renungkanlah,'' ujar A Rafiq kepada wartawan pada acara jumpa pers album terbarunya akhir pekan lalu di Jakarta.

Sebanyak 12 lagu karya M Mashabi dibawakan oleh A Rafiq. Di antara beberapa lagunya ada yang belum sempat dinyanyikan oleh Mashabi, karena dia keburu meninggal sebelum merekamnya. ''Kebetulan saya bertemu dengan Fauzi (pimpinan orkes Melayu El Fouz Orchestra asal Surabaya) dan saya memang membutuhkan satu orkestra yang mengiringi musik dangdut atau Melayu Deli untuk mengiringi lagu-lagunya M Mashabi,'' papar A Rafiq.

Kerja sama A Rafiq dengan Fauzi ini akhirnya melahirkan bentuk musik yang, menurutnya, baru di dunia dangdut. Unsur bebunyian biola, cello dan alat musik lainnya mengiringi musik dangdut. ''Sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Musik seperti ini sangat lazim pada tahun 50, 60 dan 70. Mungkin kalau diperdengarkan sekarang terbilang baru,'' katanya.

A Rafiq malah menilai bahwa seniman dangdut seperti Rhoma Irama juga menggunakan sistem orkes ini dan memasukkan unsur brass section (alat musik tiup). ''Bang Haji (Rhoma Irama, red) lah yang memodernisasi musik dangdut sehingga seperti sekarang ini,'' katanya.

Lagu-lagu yang ada di album Renungkanlah ini, menurut A Rafiq, adalah bentuk musik dangdut yang sudah lama ia coba kembangkan. ''Saya sudah berkeinginan untuk membuat album yang kualitasnya bagus,'' katanya. A Rafiq menyadari selera pasar musik dangdut di Indonesia rata-rata kurang berminat dengan musik seperti ini. ''Tapi saya pikir, pelan-pelan masyarakat pun akan dapat menerima penyegaran-penyegaran baru, terutama pada warna musik dangdut,'' katanya.

Sebagai seniman yang besar di musik dangdut, A Rafiq menilai bahwa musik dagdut sekarang ini sudah beragam bentuknya. ''Saya pikir sah-sah saja karena itulah musik. Selalu berkembang dan dinamis mengikuti zaman. Kalaupun saya malah kembali ke zaman dulu, sebenarnya ini juga untuk menyesuaikan zaman,'' ujarnya.

Dia menunjuk kepada musik pop ataupun rock yang sekarang cenderung beralih pada musik-musik tahun 60 dan 70. ''Kecenderungan orang untuk menikmati kembali musik-musik dahulu sangat besar, sehingga saya optimis meski sekarang kondisi tengah krisis seperti ini, banyak orang membutuhkan hiburan. Dan saya pikir musik model seperti ini banyak disukai karena lagu-lagunya memamg khas dan enak untuk didengarkan,'' jelasnya.

sumber : harian republika, edisi Senin, 23 Nopember 1998
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement