REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID -- Satu dari tiga orang Afrika ingin memiliki kulit yang lebih putih. Sebab, kulit cerah dianggap lebih cantik dan memberikan rasa nyaman.
Padahal, dahulu orang Afrika dikenal bangga memiliki kulit gelap. Kesimpulan itu didapat dari survei yang dilakukan University of Cape Town.
Penelitian itu menyatakan banyak orang Afrika kini merasa kulitnya sudah terlalu coklat, sehingga menginginkan pemutihan. Musisi lokal, Nomasonto 'Mshoza' Mnisi, misalnya. Ia sengaja melakukan 'bleaching' demi tampak lebih putih.
Usaha ini dikatakannya berdasarkan pilihan pribadi, termasuk menambahkan implan payudara dan membentuk hidung. "Ini bagian dari mencari kenyamanan. Saya bahagia sekarang," ungkapnya seperti yang dikutip dalam BBC News, Rabu (2/1).
Operasi ini menelan biaya mulai dari lima ribu rand (sekitar 590 dolar AS). Nomasonto memilih teknologi pemutihan terbaru dan minim efek samping. Ia pun tidak ambil pusing dengan pendapat masyarakat Benua Hitam lain terhadap kulit barunya.
Peneliti senior dari University of Cape Town, Dr Lester Davids mengingatkan resiko lain akibat proses 'bleaching', yaitu 'ochronosis'. Pengalihan kulit hitam menjadi lebih cerah dapat memicu sel kanker darah dan mengakibatkan resiko salah satunya leukeimia.
"Baru sedikit orang di Afrika memperhatikan kandungan racun yang terdapat dalam produk pemutih. Masih perlu edukasi terhadap produk pemutih di pasaran," ungkap Davids.
Dalam kurun waktu enam tahun, David juga menemukan banyak produk pemutih ilegal dijual di pasaran. Dermatolog lokal juga mengkhawatirkan hal yang sama. Terlebih orang Afrika cenderung mengenyampingkan bahaya produk pemutih.
"Mereka butuh diyakini tentang bahaya ochronosis," ujar Dr Noora Moti-Joosub.