REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah malang melintang selama puluhan tahun di dunia layar lebar, Sutradara Rudi Soedjarwo, akhirnya menelurkan genre film yang sedikit berbeda dibandingkan karya terdahulunya. Rudi akhirnya berhasil menelurkan film bertema anti-bullying berjudul Pasukan Kapiten.
Drama layar lebar ini diperankan oleh sederet aktor dan artis baru yang dijamin masih fresh. Mereka di antaranya Cahya Rizki Saputra (Yuma), Omara Nadira Estheglal (Omar), Adrina Pteri Syarira (Asti), Bintang Panglima (Saleh), Andi Bersama (Jenderal/Sudirman), Echie Dwi Asih (Ibu Yuma) dan sederet artis-artis lainnya.
Film ini diawali dengan cerita ketika layang-layang Omar (ketua geng anak nakal paling ditakuti di kompleks perumahan Yuma) putus dan terbang jauh. Omar pun mengancam Yuma supaya mengambil layang-layangnya. Omar juga mengancam akan memukulnya jika tidak menemukan layang-layang itu. Akhirnya, kelompok geng Omar bersama Yuma mengejar dan mencari layang-layang Omar yang putus.
Mainan Omar itu akhirnya jatuh ke sebuah rumah tua nan angker. Rumah tua itu dihuni oleh seorang pria tua bernama Kakek Sudirman. Dengan penuh ketakutan, Yuma dipaksa Omar untuk mengambil layang-layangnya.
Yuma mulai masuk ke rumah tua itu. Namun, dia hanya berhasil mengambil layangan miliknya sedangkan layangan Omar belum bisa ditemukan. Melihat hal itu, Omar marah dan kembali mengancam akan memukul Yuma jika tak menemukan mainan Omar itu.
Suatu hari, Yuma memberanikan diri kembali ke rumah tua itu guna mencari layang-layang Omar. Omar dan anggota gengnya terus mengawasi Yuma dari luar rumah tua itu. Karena tak kunjung keluar, Geng Omar memutuskan masuk ke rumah tua itu. Mereka pun akhirnya berhasil menemukan layang-layang tersebut.
Sayangnya, saat akan keluar dari rumah itu, Geng Omar dan Yuma kepergok sang pemilik rumah Kakek Sudirman. Bahkan, saking takutnya Omar sempat mengompol di celana.
Beruntunglah bagi Geng Omar yang berhasil melarikan diri. Sementara itu, Yuma akhirnya berhasil ditangkap sang kakek.
Selanjutnya, Yuma mulai berkenalan dengan sang kakek. Usai berkenalan, barulah dia tahu ternyata sang kakek dulunya adalah seorang veteran perang. Kakek itu juga mempunyai pengalaman bertempur untuk merebut kemerdekan Indonesia.
Kemudian Yuma menjelaskan alasan dia masuk ke rumah tersebut karena diancam oleh Omar dan gengnya. Prihatin dengan kondisi Yuma, Kakek Sudirman mendidik Yuma agar menjadi seorang anak pemberani, tangguh dan pintar seperti kapiten.
Selanjutnya, sang kakek mengajarinya menyusun strategi melawan Omar dan gengnya. Untuk melawan Geng Omar, Yuma tak sendiri. Dia dibantu teman-temannya seperti Saleh dan Asti mengatur strategi guna memberikan pelajaran bagi Omar dan gengnya.
Sementara itu, di sisi lain juga terkuak sisi kehidupan Kakek Sudirman yang tak diketahui oleh para tetangganya. Ternyata sang kakek mempunyai anak laki bernama Widodo yang telah memutuskan hubungan dengannya.
Persahabatan Kakek Sudirman dan Yuma telah membangkitkan semangat hidup kakek itu. Sebagai balasan anak-anak mendapatkan pelajaran keberanian dari Kakek Sudirman.
Film ini kaya akan pesan moral bagi para penonton. Drama keluarga ini memiliki ending yang cukup unik. Bully yang menimpa pada Yuma dan kawan-kawannya tidak dibalas dengan kekerasan. Perlawanan bully ini ditunjukkan dengan solidaritas rekan-rekan Yuma untuk mempermalukan Omar di depan umum. Omar pun akhirnya sadar akan tindakannya dan mulai hidup berdampingan kembali dengan Yuma serta teman-temannya.