Selasa 06 Nov 2012 22:22 WIB

Festival Film Sains Ajang Penghargaan Air

Krisis air
Foto: Republika/Rakhmawaty
Krisis air

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Festival Film Sains Tahun 2012 yang digelar di Pontianak, 6-7 November, mengajak generasi muda Indonesia untuk lebih menghargai air sebagai salah satu sumber daya alam yang masih berlimpah.

"Generasi muda Indonesia perlu menghargai air sebagai kekayaan alam yang harus dihargai. Bukan malah mengotori, apalagi membuatnya tercemar," kata Project Coordinator Goethe-Institute di Indonesia, Maike Meister di sela-sela pemutaran film yang dipusatkan di Perpustakaan Daerah Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak, Selasa (6/11).

Ia melanjutkan, film-film yang ditampilkan juga untuk memberi pemahaman kepada pelajar mengenai pentingnya menghargai air dalam kehidupan sehari-hari. Selain film, di sela pemutaran juga digelar permainan serta eksperimen yang memiliki relasi dengan isi dari film yang ditayangkan.

"Kami berharap, ada pesan dari film-film ini yang dapat ditampilkan kepada orang-orang disekitar seperti orang tua," ujar Maike Meister.

Ia mencontohkan film yang berjudul 'Song for Tukik', dengan latar belakang Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Di film yang disutradarai Kamila Andini itu, tidak hanya menampilkan keindahan bawah laut Wakatobi, juga habitat serta program adopsi penyu di salah satu pulau.

Festival Film Sains tersebut hasil kerja sama Goethe - Institute, WWF Indonesia, dan panitia lokal Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pontianak. Film yang diputar itu antaralain, 'A Song For Tukik' (Lagu untuk Tukik), 'My Dear Little Planet' (Planet Mungil Yang Kusayang), dan "Science Kids" (Anak-Anak Sains).

My Dear Little Planet adalah sebuah kisah dalam bentuk animasi dengan musik yang mengungkapkan isu ekologi dan lingkungan hidup dari sudut puitik. Sejumlah pertanyaan diajukan dalam film besutan sutradara Perancis ini seperti darimana asalnya laut? Apa yang terjadi pada air ketika hujan?

Sedangkan Science Kids bercerita tentang sosok Harvey, si burung bijaksana, yang sedang mendorong anak-anak sains untuk mengungkapkan kepercayaan dan praktik takhayul yang dilakukan oleh Pando, si Panda tukang sihir yang terkenal suka memaksa penduduk desa untuk percaya pada penduduk desa.

Tahun ini untuk pertama kalinya "Science Film Festival" akan diadakan serentak di Thailand, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Filipina. Di Indonesia, festival ini diselenggarakan di 17 kota, termasuk Pontianak.

Pada tahun lalu, Indonesia berhasil menarik sekitar 27 ribu pengunjung. Di Kota Pontianak tak kurang 1.100 pelajar meramaikan festival ini. Kesuksesan penyelenggaraan tersebut mendorong kelanjutan festival ini ke negara-negara lain.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement