REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejak kakeknya sakit tahun 2008 Jussy Rizal mulai belajar menenun lurik. Hal ini dia lakukan karena mendapat pesan dari kakeknya Dibyo Sumarto, untuk tetap bisa mempertahankan tenun lurik yang merupakan khas Yogyakarta.
''Ketika sakit kakek berkata bahwa dia belum sempat melihat anak muda mencintai lurik dan berharap suatu saat anak muda bisa tertarik dengan lurik,'' ungkap Pengelola Perusahaan Tenun Lurik Kurnia Jussy Rizal pada Republika.
Karena itu setelah lulus kuliah dari Fakultas Psikologi UGM, Jussy langsung menggeluti tenun lurik. Apalagi kakeknya pada tahun 2008 juga meninggal dunia. Sehingga dialah satu-satunya penerus. Karena pamannya yang semula membantu kakeknya sudah mempunyai kesibukan lain.
Jussy yang belajar menenun langsung dengan kakeknya berkeinginan lebih banyak masyarakat yang ikut mempelajari tenun Yogyakarta dan banyak muncul tenun lurik yang diakui sebagai warisan budaya. Apalagi saat ini satu-satunya industri lurik yang masih hidup sejak tahun 1962 hingga kini hanya Perusahaan Tenun Lurik Kurnia.